Teori dasar peliputan jurnalistik adalah meliput secara berimbang. Setiap pihak yang berperan dalam suatu konflik wajib diberi ruang yang sama untuk bersuara. Jurnalis--yang bekerja dengan prosedur standar--pasti sadar, konflik mungkin ada, atau baru diketahui, ketika pihak lain diwawancarai. Pengalaman aku, yang hanya seujung kuku, menegaskan wawancara lebih dari satu sumber penting. Siapa tahu, justru ada konflik?
Produk jurnalistik yang aku kerjakan, termuat dalam Harian Jogja hari Rabu tanggal 18 September 2010, menegaskan hal itu. Soal konflik, yang ditemukan kemudian tersebut, mau diwartakan atau tidak, nah, itu terkait independensi jurnalis pribadi.
Kejadiannya pada Selasa, 17 September 2010. Aku turuti ajakan dari dua orang wartawan media cetak senior untuk meliput suasana pengambilan honor insentif oleh para guru tidak tetap di Kantor Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas) Bantul. Honor tersebut dibagi sejak Senin, 16 September 2010. Pembagian dilakukan dalam satu meja per kecamatan, per tingkat SD/ SMP.
Produk jurnalistik yang aku kerjakan, termuat dalam Harian Jogja hari Rabu tanggal 18 September 2010, menegaskan hal itu. Soal konflik, yang ditemukan kemudian tersebut, mau diwartakan atau tidak, nah, itu terkait independensi jurnalis pribadi.
Kejadiannya pada Selasa, 17 September 2010. Aku turuti ajakan dari dua orang wartawan media cetak senior untuk meliput suasana pengambilan honor insentif oleh para guru tidak tetap di Kantor Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas) Bantul. Honor tersebut dibagi sejak Senin, 16 September 2010. Pembagian dilakukan dalam satu meja per kecamatan, per tingkat SD/ SMP.
Antrian para guru honorer di Kantor Dinas Pendidikan Dasar Bantul, Selasa 7 September 2010 |