Tweet dari Sidang Tipikor Perdana di DIY
Inilah materi seri live tweet dari sidang perdana Tipikor di DIY, pada 14 Juni 2011. Pengalaman pertama yang menyenangkan. Bisa mengikuti sidang korupsi negara sebagai seorang warga sipil, tanpa beban untuk liputan, hehehe. Sayang, tanpa tagar live tweet.
Di lokasi sidang, saya bertemu dengan beberapa kawan pegiat anti korupsi yang lebih senior. Jika bingung, mudah saja, bisa langsung tanya mereka. Nama-nama senior itu saya sebut dalam materi tweet.
Ah, kiranya menarik jika lebih banyak orang memanfaatkan twitter demikian. Info yang patut diketahui publik jadi cepat menyebar. Tentu, isinya harus jujur.
Nah, yang duduk di kursi terdakwa adalah Kades Desa Mangunan, Dlingo, Bantul, Jiyono Ihsan bin Sadimin. Dia didakwa korupsi dana rekonstuksi pasca gempa sebesar Rp2.085.500.000.
Saya baru punya ide untuk menyelamatkan dan menampilkan data ini, tiga minggu setelahnya. Tidak mudah untuk melacak kembali materi twit itu, karena--setelah tiga minggu--saya sedang agak berlebihan menyampah di twitter, hihi.
Mungkin saja bisa. Tapi, butuh koneksi ekstra cepat, dengan dukungan pc yang juga hebat, untuk bisa menemukannya kembali di twitter. Yang jelas saya tidak punya perangkat seperti itu. Lalu, saya menyerah.
Inilah materi seri live tweet dari sidang perdana Tipikor di DIY, pada 14 Juni 2011. Pengalaman pertama yang menyenangkan. Bisa mengikuti sidang korupsi negara sebagai seorang warga sipil, tanpa beban untuk liputan, hehehe. Sayang, tanpa tagar live tweet.
Di lokasi sidang, saya bertemu dengan beberapa kawan pegiat anti korupsi yang lebih senior. Jika bingung, mudah saja, bisa langsung tanya mereka. Nama-nama senior itu saya sebut dalam materi tweet.
Ah, kiranya menarik jika lebih banyak orang memanfaatkan twitter demikian. Info yang patut diketahui publik jadi cepat menyebar. Tentu, isinya harus jujur.
Nah, yang duduk di kursi terdakwa adalah Kades Desa Mangunan, Dlingo, Bantul, Jiyono Ihsan bin Sadimin. Dia didakwa korupsi dana rekonstuksi pasca gempa sebesar Rp2.085.500.000.
Saya baru punya ide untuk menyelamatkan dan menampilkan data ini, tiga minggu setelahnya. Tidak mudah untuk melacak kembali materi twit itu, karena--setelah tiga minggu--saya sedang agak berlebihan menyampah di twitter, hihi.
Mungkin saja bisa. Tapi, butuh koneksi ekstra cepat, dengan dukungan pc yang juga hebat, untuk bisa menemukannya kembali di twitter. Yang jelas saya tidak punya perangkat seperti itu. Lalu, saya menyerah.