Pengantar:
Saya tidak pernah menyaksikan secara langsung ceramah dari Ustad Wijayanto. Hanya pernah melihatnya beberapa kali di layar televisi. Pada bulan Ramadan 1432 Hijriah, penampilan beliau kembali saya lihat di televisi. Saya kagum penampilannya yang bersahaja, dan selalu bisa mengemas materi dakwahnya secara memikat dan dapat diterima siapa saja.
Penampilan tersebut tidak dibuat-buat, memang demikianlah beliau dalam kesehariannya. Ini saya simpulkan dari pertemuan yang hanya sekitar dua jam, untuk kepentingan wawancara rubrik Sosok di koran tempat saya bekerja dulu, pada Februari 2009. Sebelumnya, saya hanya mengenal suara ustad itu dari siaran Radio Geronimo FM pada tahun 2000.
Tulisan berikut adalah hasil wawancara tersebut. Saya ubah sedikit, dibandingkan tulisan untuk koran tersebut, untuk kepentingan blog ini. Ingat, untuk konteks waktu, koran tersebut memuat tulisan yang bersifat profil ini pada tahun 2009. Saya tampilkan dalam empat bagian di blog ini.
Ini adalah bagian pertama dari empat bagian.
Setiap penceramah punya gaya yang menjadi ciri masing-masing, yang melekat dan membuatnya laris untuk diundang mengisi berbagai pengajian. Gaya itu harus otentik, dan tidak dibuat-buat.
Saya tidak pernah menyaksikan secara langsung ceramah dari Ustad Wijayanto. Hanya pernah melihatnya beberapa kali di layar televisi. Pada bulan Ramadan 1432 Hijriah, penampilan beliau kembali saya lihat di televisi. Saya kagum penampilannya yang bersahaja, dan selalu bisa mengemas materi dakwahnya secara memikat dan dapat diterima siapa saja.
Penampilan tersebut tidak dibuat-buat, memang demikianlah beliau dalam kesehariannya. Ini saya simpulkan dari pertemuan yang hanya sekitar dua jam, untuk kepentingan wawancara rubrik Sosok di koran tempat saya bekerja dulu, pada Februari 2009. Sebelumnya, saya hanya mengenal suara ustad itu dari siaran Radio Geronimo FM pada tahun 2000.
Tulisan berikut adalah hasil wawancara tersebut. Saya ubah sedikit, dibandingkan tulisan untuk koran tersebut, untuk kepentingan blog ini. Ingat, untuk konteks waktu, koran tersebut memuat tulisan yang bersifat profil ini pada tahun 2009. Saya tampilkan dalam empat bagian di blog ini.
Ini adalah bagian pertama dari empat bagian.
Setiap penceramah punya gaya yang menjadi ciri masing-masing, yang melekat dan membuatnya laris untuk diundang mengisi berbagai pengajian. Gaya itu harus otentik, dan tidak dibuat-buat.
Bagian kedua dari empat bagian.
Sejak tiba di Jogja untuk kuliah, selama belasan tahun Wijayanto menyanggupi permintaan Radio Geronimo FM, mengisi program siaran radio tanya jawab Agama Islam, yang segmennya anak muda. Wijayanto dikenal bisa menjawab dengan bahasa yang akrab di telinga anak muda. Kemudian, dia mulai mendapat julukan 'gaul'.
[caption id="" align="alignnone" width="300"] Istimewa dari Ustad Wijayanto[/caption]
Wijayanto tergolong ustad senior dalam hal mengisi pengajian atau konsultasi agama di televisi, baik TVRI maupun swasta nasional. Ketika awal Metro TV jangkauan siarnya masih sebatas Jakarta Bogor Tangerang Bekasi, Wijayanto adalah salah satu pengisi acara agama pertama, bersama Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). “Kalau item agama saya jadi narasumber, Cak Nun host (pembawa acara). Kalau politik, Cak Nun narasumber, saya host,” kenangnya.
Sejak tiba di Jogja untuk kuliah, selama belasan tahun Wijayanto menyanggupi permintaan Radio Geronimo FM, mengisi program siaran radio tanya jawab Agama Islam, yang segmennya anak muda. Wijayanto dikenal bisa menjawab dengan bahasa yang akrab di telinga anak muda. Kemudian, dia mulai mendapat julukan 'gaul'.
[caption id="" align="alignnone" width="300"] Istimewa dari Ustad Wijayanto[/caption]
Wijayanto tergolong ustad senior dalam hal mengisi pengajian atau konsultasi agama di televisi, baik TVRI maupun swasta nasional. Ketika awal Metro TV jangkauan siarnya masih sebatas Jakarta Bogor Tangerang Bekasi, Wijayanto adalah salah satu pengisi acara agama pertama, bersama Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). “Kalau item agama saya jadi narasumber, Cak Nun host (pembawa acara). Kalau politik, Cak Nun narasumber, saya host,” kenangnya.
Tentang Petasan
Ancaman hukum dan bulan Ramadan
Saya, dan keluarga terganggu dengan suara petasan, mercon, meriam bambu, dan sejenisnya. Kembali mengganggu pada malam pertama bulan Ramadan 1432 Hijriah, alias 31 Juli 2011.
Suara petasan itu seolah menyambut kedatangan saya di kampung orang tua, di Labuhan Batu, yang baru tiba sore harinya. Pada awalnya, saya maklumi. Tapi, rupanya terus terdengar selama bulan Ramadan di sana. Tidak bisa saya pastikan untuk 6 hari terakhir Ramadan (versi Muhammadiyah), karena saya berada di Aceh.
Saya tidak pernah tahu ada ancaman hukum untuk pemain petasan. Sampai, menjelang pengunduran diri dari koran lokal di Yogyakarta, saya meliput hasil razia polisi terhadap penjual petasan di Mapolres Bantul, September 2010. Petugas di sana menjelaskan, penjual, dan pemain petasan, terancam hukuman penjara sampai setinggi-tingginya dua puluh tahun, menurut Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951. (silakan download teks warna biru itu)
Menurut polisi itu, petasan yang kerap jadi bahan permainan selama Ramadan itu tergolong bahan peledak. Saya kutipkan selengkapnya dari pasal 1, ayat 1, UU tersebut:
Barang siapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan, atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.
Nah, yang sedikit melegakan, ternyata ada aturan hukumnya. Meski, mungkin sudah usang sekali, dan perlu direvisi. Saya bukan sarjana hukum, jadi tidak terlalu paham. Lantas, bagaimana penegakannya?
"Hubungan khusus" antara petasan dengan bulan Ramadan toh tetap eksis sejak saya SD, sampai saya lulus kuliah. Bayangkan, sudah berapa kali ganti Kapolri, dan Presiden lamanya itu. Apakah "hubungan khusus" antara bulan Ramadan dengan petasan masih akan ada terus tahun depan?