Rp500.000 untuk copet
Thursday, February 17, 2011Saya kehilangan isi dompet saat memotret suasana masyarakat yang merebut gunungan dari kraton, di halaman Masjid Agung Kauman, Yogyakarta, Rabu 16 Februari 2011. Ini pengalaman pertama Saya kehilangan dompet. Saya punya kantong lipat tempat uang itu sejak SMA, dan ini yang keempat.
[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Dompet yang sempat hilang, lalu kembali tanpa uangnya"][/caption]
Saya ditelpon Sigid Kurniawan pukul 12.45 WIB, ketika sedang di kamar kos, setelah dompet hilang. Dia bilang kalau dompet Saya ada di pos keamanan sekaten, sudut Timur Laut alun-alun utara Yogyakarta.
Saya sengaja pulang kos untuk mandi, dan mengambil BPKB sepeda motor. Rencananya, setelah mendinginkan kepala, Saya mau buat surat kehilangan STNK di Polsek Kraton.
Saya cek isi dompet yang Saya terima dari tangan polisi. Semua uang senilai sekitar Rp500.000 raib. Isi lainnya utuh. Polisi mengklaim, dompet tersebut mereka terima dari panitia sekaten. Saya diminta membuat tanda tangan untuk mengambil dompet.
Polisi mengatakan, hari itu menerima tujuh dompet, termasuk milik Sigid dan Saya. Sigid kehilangan semua uangnya sekitar Rp150.000. Sama dengan Saya, kecuali uang, isi dompet lainnya utuh.
ATM sudah saya blokir sebelum pulang. Syukurlah, pelayan yang menawan dan berjilbab itu tidak mensyaratkan membawa buku tabungan untuk prosesnya. Cukup isi formulir. Lalu saya pulang.
Kronologisnya, Saya menyadari dompet dicopet sekitar 10 menit setelah gunungan diserbu. Mata Saya segera mencari-cari. Bisa jadi dicopet sejak Saya mulai masuk ke kerumunan, tapi sebelum gunungan diserbu. Saya perkirakan kisruh perebutan terjadi selama 30 menit.
Tanpa menunggu kerumunan sepi, Saya menyusuri rute yang sama dengan menuju ke lokasi hilangnya dompet, dengan mata mencari-cari. Saya datang dari kantor AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Yogyakarta, tempat Saya menitipkan sepeda motor, di Jalan Suryomentaraman No.2, Panembahan, Kraton.
Tiba di kantor AJI, dompet tersebut Saya pastikan dicopet. Tadinya belum Saya pastikan, karena Saya agak lupa apakah terbawa. Saya memang lupa merasakan kalau mengantongi dompet di kantong sejak tiba di komplek Pracimosono. Ini adalah area tempat para abdi dalem, dan gunungannya, menunggu instruksi dari kraton untuk bergerak masuk.
Saya tempatkan dompet yang berukuran memanjang tersebut di kantong bagian depan sisi kanan. Bodohnya, tali rantai yang ada tidak Saya gunakan mengikat ke tali pinggang, tapi hanya Saya gulung melilit dompet. Inilah pelajarannya.
12 comments
Good lesson for u heru....besok lagi dompet dirantai melilit di perut... ^_^
ReplyDeletewahh besok lagi dompetnya ditinggal dimotor saja pakdhee,,, :))
ReplyDeletePelajaran yang berarti, memang kalo motret konsentrasi terfokus pada peristiwa dan gimana cari gambar yang bagus. Perlu dipikirkan ulang untuk membawa dompet apalagi isinya banyak
ReplyDeleteNasib baik pencurinya memasukkan ke dalam pos juga ya... :) at least, dokumen penting masih ada...
ReplyDeleteAhahaha... mending gak usah dibawa deh
ReplyDeleteIya, kayaknya mending gak usah dibawa dompetnya.
ReplyDeleteTetap susah untuk sambil dibawa.
ReplyDeleteMending ditinggal saja deh.
Yeah, dokumen penting itu separuh hidupku.
ReplyDeletedusel-duselan gitu kok bikin saya takut ya mas...
ReplyDeletetapi sejauh ini belum pernah.. karena dompet udah berpindah tempat dikantong depan atau ditas bgian dalam
@fotodeka
ReplyDeleteMemang mengerikan sih bagiku.
Oiya, aku juga dengar, yang memasukkan dompetnya di kantong depan celana jeans pun ada yang kehilangan.
Seandainya ada pengusaha dompet yang mendesain dompet anti copet dan jatuh serta lainnya ..... hahahahaha.....buatan Professor Tawbah, kaleee ...... Aku juga kemarin hilang dompet di wilayah Jakarta ..... ada SIM A, KTP Jakarta, Uang walau kurang dari Rp100 ewu, 3 buah ATM, kartu nama Kombes Polisi kakekku, dll...waduuuhhhh......InnaalillaaHi wa innaa ilaiHi rooji'uun....ucapkan Do'a Musibah, ya Mas Bro n Mba Ses jika qt terkena musibah, ocee....waduuuhhh.....kata Sketsa di Trans TV .....kwewewkewkewk...
ReplyDeleteKejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat, tapi karena ada kesempatan, begitu kalo kata bang napi, hihi.
ReplyDelete