­
Labuhan Batu

Kehilangan Manusia

Tuesday, April 12, 2016
Emak di latar belakang, Labuhan Batu, 2015. Masih ingatkah engkau pada kehilangan manusia yang pertama kali, yang membuatmu terduduk tepekur karena yang hilang tersebut tidak mungkin tergantikan? (Aku mengasumsikan pembaca blog ini adalah manusia dewasa yang sudah pernah kehilangan sesuatu). Beberapa hari ini, entah kenapa akalku membawa saat kehilangan pertama itu lagi. Kehilangan manusia adalah kehilangan sesuatu yang tidak bisa tergantikan. Tuhan menciptakan...

Read More...

Labuhan Batu

Busur yang Dirindukan

Sunday, September 20, 2015
Bilik pemandian jenazah almarhum Kebingungan pertamaku sehingga harus minta pendapat busurku adalah ketika harus memilih jurusan (?) IPA atau IPS, ketika hendak naik kelas tiga SMA di Lhokseumawe. Sebelumnya tentu aku mengalami kebingungan-kebingungan lainnya namun hanya hal-hal kecil, tidak berpengaruh besar terhadap masa depan. Seperti ketika memilih warna dan motif baju, dan memilih sepatu, memilih makan ini atau itu, yang kumaksud dengan hal-hal...

Read More...

Lhokseumawe

Komentar di Instagram

Monday, August 17, 2015
Perspektif tetanggaku melihat rumah keluargaku (terjual pada 2002). Anak tetangga yang paling kecil biasa kubantu untuk bisa menyeberang.  Aku tahu betapa melihat sebuah foto bisa membuat perasaan campur aduk. Foto yang aku ambil sendiri, maupun yang diambil orang lain tak ada urusan, yang pastinya aku punya kenangan terhadap foto tersebut. Nah, yang aku baru tahu adalah betapa sebuah komentar di Instagram dapat membuat...

Read More...

Labuhan Batu

Tukang Bakso dari Jawa

Sunday, April 19, 2015
Bersama Mas Toijan di rumah, Labuhan Batu, 2015. Dalam ingatanku selama tinggal di Lhokseumawe, Aceh, tidak pernah menemukan penjual bakso orang Aceh. Adanya keturunan Tionghoa atau Cina, atau dari Jawa. Di kota kecil itu, bakso yang paling terkenal mungkin warung bakso Rahayu, di Jalan Iskandar Muda, dekat dengan Markas Komandan Distrik Militer (Kodim) Lhokseumawe. Enak? Biasa saja bagiku. Nah, bakso yang enak di...

Read More...

Jakarta

Mencari Burung Terbang di Kelam Malam

Monday, February 24, 2014
Arafat Nur bilang kepadaku, akan segera mempublikasikan novel terbarunya, sedang  tahap penyuntingan di editor penerbit. Waktu itu Sabtu, 28 September 2013, kami berbincang di sebuah warung makan sederhana, di daerah Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Usai penampilannya di Komunitas Salihara, dalam rangkaian acara mereka bertajuk Sirkus Sastra. Aku antusias menyimak cerita sepintasnya.[caption id="attachment_869" align="aligncenter" width="500"] Arafat Nur di Komunitas SaliharaFoto: Heru Lesmana Syafei[/caption]Kini,...

Read More...

Lhokseumawe

Novel Lampuki yang juara dan berjarak

Saturday, September 08, 2012
Novel Lampuki yang juara dan berjarakSastrawan lagi-lagi membuktikan kekuatannya menghadapi peristiwa yang sangat mengguncang rasa kemanusiaan. Kali ini terhadap masa-masa pembantaian manusia di Aceh, pada medio tahun 1990 - 2002.Dialah Arafat Nur, dengan buku novelnya berjudul "Lampuki". Judul tersebut adalah nama kampung di Aceh Utara yang menjadi pusat cerita. Novel itu meraih penghargaan tertinggi Dewan Kesenian Jakarta tahun 2010, dan Khatulistiwa Literary Award...

Read More...