Untung datang 3G
Friday, April 01, 2011Saya telat menikmati keriuhan acara Guyub Gugur Gunung (3G) di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Acara mulai sejak 15.00 WIB. Saya datang 19.30 WIB. Tapi, tetap beruntung. Ini tulisan tentang keuntungannya :)
Saya juga telat tulis ini. Acaranya Jumat, 18 Maret 2011. Saya tulis ini, dua minggu kemudian, Jumat 1 April 2011. Alasannya, ah, apa susahnya bikin alasan.
Menurut jadwal, yang saya lewatkan adalah penampilan Jatilan dari Cangkringan (Sleman), kesenian dari Jumoyo (Magelang), band Voices, dan beberapa diskusi.
Inilah satu-satunya acara di TBY yang pengunjungnya paling banyak saya kenal, sekaligus tambah kenalan, dalam tempo bersamaan.
Eh, dagangan saya, kopi ekselsa organik, juga laku satu kemasan (100 gram). Terima kasih untuk @si_enthon9. Saya tunggu krip(/t)ik, dan pesanan berikutnya :)
Saya jumpa lagi dengan kawan-kawan lapangan komunitas relawan Jalin Merapi. Mereka setia mengumpulkan dan menyebarkan informasi seputar kondisi Gunung Merapi.
Saya lihat langsung (pertama kali) sosok (betapa suburnya) jurnalis Dandhy Dwi Laksono, pegiat internet sehat (yang juga subur) Donny B.U., supir becak Harry Van Yogya, Kang Lantip, dan jurnalis Surakarta Blontank Poer.
Jumpa lagi seorang pengembang RT/RW Net Onno W. Purbo, dan jurnalis senior Farid Gaban.
Akun untuk saya follow di twitter juga bertambah dua (selain pembicara). Adalah sesama pelempar pertanyaan demi segenggam hadiah, Agung Darma. Dan, seorang kawan yang Agung sarankan untuk di-follow demi menunjang saya aktif ber-twitter via ponsel, @wiwid_colgate.
[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Dua buku, hadiah yang saya dapat karena bertanya"][/caption]
Demi apa saya bertanya? Lihatlah foto Om Onno dan Om Donny. Yup, dua buku yang mereka pegang itu, sayang tidak termasuk kausnya. Padahal, dalam beberapa minggu ini saya kerap kehabisan kaus, huh. Satu hadiah lagi, yang tidak tampil dalam foto, adalah sebuah cd antivirus edisi tahun 2010.
Apa yang saya tanyakan? Tidak penting, yang penting hadiahnya, hahah.
Sekitar dua minggu saya tidak jumpa dengan kawan-kawan Jalin Merapi. Mereka dari posko Boyolali, Cangkringan, Jumoyo, dan Code. Satu kabar gembira dari mereka, kacamata saya yang tertinggal di posko Jumoyo kini sudah berada di posko Code. Satu minggu kemudian saya ambil di posko Code. Lumayan, irit 3 liter bensin premium daripada harus ambil ke Jumoyo.
Dua acara yang masih bisa saya ikuti adalah pemutaran film Linimas(s)a, diskusi (yang mana saya dapat hadiah karena bertanya), dan Wayang Kampung Sebelah.
Soal film Linimassa, bisa cari sendiri di internet. Mau bilang googling, rasanya terlalu sering, sementara saya orang yang anti keseringan. Mau bilang yahooing, atau binging, rasanya kok aneh. Pokoknya gitu.
Nah, Wayang Kampung Sebelah, ini dia bintang malam itu. Pertama kali saya lihat penampilan mereka. Wuanehcu, wagu, aneh, lucu. Yang jelas penyedot perhatian terbesar. Mereka parodikan tampilan wayang kulit. Tidak menampilkan sosok-sosok punakawan atau tokoh pewayangan Jawa kuno. Tapi, sosok-sosok yang mudah ditemukan sehari-hari, semacam hansip, dan penyanyi dangdut.
Beberapa kawan Jalin Merapi tampak tidak tahan untuk tidak bergoyang, hahah.
Demikian, terima kasih untuk donor, yang mana acara itu tidak mungkin terselenggara tanpa bantuannya.
8 comments
bagus2 klo anda menikmati acara tersebut....walau telat...:D
ReplyDeletekok isinya orang2 subur..:p
ReplyDeletesalam kenal...
Mantab....:)
ReplyDeleteAlhamdulillah meski telat bisa menikmatinya...
ReplyDeleteYup, telat pembukaannya doang. acara intinya dapat.
ReplyDeleteHaha, subur makmur mereka.
ReplyDeleteSalam kenal juga.
Kang Harry Van Yogya juga mantap, hehe
ReplyDeleteAmiiin
ReplyDelete