Keramahan warga Jember, menyambut kunjungan pertama: Di Kereta Api Logawa

Monday, March 19, 2012

Keramahan warga Jember, menyambut kunjungan pertama

Bagian pertama: Di Kereta Api Logawa

Saya belum pernah ke Jember. Pilihan untuk mengunjunginya karena, selain ada waktu dan biaya, terutama adalah penasaran melihat langsung keindahan Pantai Tanjung Papuma. Pantai yang sudah beberapa kali saya lihat foto-fotonya di berbagai galeri foto online. Ditambah, dalam brosur wisata yang disodorkan teman ngopi saya, sepulangnya dari Jember pada pertengahan 2011.

Saya tidak punya kenalan di sana. Saya dapat kenalan lewat jejaring teman blogger, satu bulan sebelum berangkat. Belakangan, pada hari pertama di Jember baru ingat seorang kenalan dari milis indobackpacker yang tinggal di Jakarta, asal Jember.

Saya berangkat dengan kereta api Logawa dari Stasiun Lempuyangan, pada hari Kamis, 19 Januari 2012. Menunggu berangkat, saya sms kenalan blogger itu, Mas Adek, seorang manajer toko perlengkapan petualangan di sana. Balasannya, ternyata sedang di Jakarta sampai Senin, nanti ada Tamio, teman, sekaligus karyawannya yang akan bantu saya.

Saya tunggu kereta berangkat, di luar kereta. Di depan pintu gerbong, disapa oleh Mas Windu, yang menanyakan tujuan. Saya cerita sedikit latar belakang diri, dengan sedikit pengalaman di kegiatan di alam. Mendengar jawaban saya, dia lalu menyebut berbagai obyek wisata alam lainnya. Salah satunya Bandealit, di Sukamade, dalam wilayah Taman Nasional Meru Betiri.

Saya akui alumnus UGM, dia tanyakan, apa kenal dengan anggota Mapala Silvagama. Dia salut, karena Mapala Silvagama Fakultas Kehutanan UGM berhasil juara Lomba Lintas Alam Trans Bandealit Sukamade Taman Nasional Meru Betiri, berturut-turut tiga kali, tahun 2009, 2010, dan 2011. Dia termasuk panitia lomba tersebut.

Dari obrolan awal yang akrab selama setengah jam, sampai akhirnya kereta berangkat pukul 09.40 WIB, saya akhirnya paham sendiri, yang dia maksud dengan “ngetrans” itu berarti jalan kaki. Sempat bingung, pada awalnya saya sangka naik bus, atau orang-orang transmigran, haha.

Windu rupanya kenal dengan Adek. Ah, dunia orang-orang pecinta alam di Jember rupanya sangat akrab. Tentu, tergantung intensitas masing-masing untuk aktif. Keduanya termasuk senior di Jember. Keduanya sudah lulus kuliah, namun masih aktif di dunia petualangan alam itu. Adek, jelas karena usahanya, sementara Windu, asisten di Universitas Mochammad Sroedji, yang sering mendampingi kegiatan Mapala Iwena, di kampus itu.

Kebetulan satu gerbong, obrolan kami berlanjut, selama perjalanan. Windu menawarkan rumahnya untuk bermalam, karena kereta tiba di Jember pukul 21.00 WIB, dan berbagai bantuan selama di Jember nanti. Ah, jabat erat. Banyak kawan, banyak bantuan. Dan, itu belum semuanya.

Kereta api Logawa penuh normal, tidak ada yang berdiri. Sejak pertengahan 2011, PT Kereta Api memperketat aturannya, demi kenyamanan penumpang. Karcis tidak dijual lagi saat semua kursi terisi, syukurlah. Dalam perjalanan, dari Lempuyangan ada beberapa kursi kosong dalam gerbong kami, lalu terisi penuh di Solo.

Penumpang banyak yang turun di Surabaya, sekitar pukul 17.15 WIB. Penumpang di gerbong kami sisa setengahnya. Saya bahkan bisa meluruskan kaki ke kursi depan. Menjelang maghrib, ditunjukkan oleh Windu, beberapa gunung “wajib” di Jawa Timur. Dalam hati, ingin saya daki semuanya, entah kapan bisa mencapai puncaknya. Salam lestari.

Bersambung...

[caption id="attachment_448" align="alignnone" width="500" caption="Sekretariat Mapala Iwena"][/caption]

You Might Also Like

7 comments

  1. foto di dalam kereta apine endi kak :O

    ReplyDelete
  2. Wah Pecinta Alam juga kakak. Ditunggu foto-foto di Jembernya ya :-)

    ReplyDelete
  3. masih banyak ternyata penduduk Republik ini yang ramah ya mas ;)

    ReplyDelete
  4. Wah, siapa coba yg tidak mencintai alam, kita semua begitu khan.
    Untuk foto-foto di Jember justru lebih dulu saya upload, dari pada teks ini. Bisa tengok di link sini
    http://www.flickr.com/photos/heruls/sets/72157629557211931/

    ReplyDelete
  5. Tentu kakak, semua penduduk republik ini ramah.
    Cuma penguasanya saja yg kerasukan. Biarpun begitu, penduduknya tetap ramah.

    ReplyDelete