Iklan di Situs Berita

Friday, January 23, 2015

Bouquet Catcher, Jakarta, 2014
Bouquet Catcher, Jakarta, 2014. Gambar lebih besar ke https://www.flickr.com/photos/heruls/15434632389/in/set-72157644046948270
Di dunia bisnis periklanan online, pihak Publisher, Blogger, atau pemilik situs mendapat pemasukan (revenue) dari Advertiser (Pemasang Iklan) dari tiga macam skema (konvensional): Pay Per Click (PPC); Pay Per Action (PPA), dan Pay Per Post (PPP). 

PPP adalah Advertiser membayar sesuai jumlah klik yang didapat pada materi iklan. PPA adalah Advertiser membayar sesuai jumlah 'Action' yang didapat oleh Advertiser, yang dapat berupa umpan balik (feedback) dari pengunjung (Visitor) yang mengisi formulir, jumlah download sesuatu materi yang disiapkan, ataupun pembelian (sales order). PPP adalah Advertiser membayar sesuai jumlah artikel yang di-posting oleh publisher. 

Nah, dari tiga skema itu, di sini terlihat peran Visitor supaya Publisher bisa meraih pendapatan adalah dengan cara meng-klik iklan (PPC), dan melakukan Action (PPA). Sementara pada skema PPP, tanpa perlu ada peran Visitor sekalipun, Publisher sudah dipastikan mendapat pemasukan, karena sudah ada kesepakatan sejak awal, kecuali PPA dengan skema lanjutan, yakni jika Visitor mencapai jumlah tertentu, maka pemasukan buat Publisher akan bertambah. 

Satu-satunya skema yang menuntut peran Visitor sampai harus mengeluarkan biaya agar Publisher mendapat pemasukan adalah PPA yang menuntut pembelian. Selebihnya hanya menuntut Visitor menyediakan biaya untuk membeli kuota internet, dan tentu saja waktu.

Aku mengetahui skema itu sejak sekitar tahun 2010, berkat bergaul dengan komunitas Publisher di kota Yogyakarta. Sejak itu, aku mulai dengan sadar untuk membiasakan meng-klik iklan di situs berita. Kenapa?

Dahulu, aku, dan mungkin juga kau, biasa merasa jengkel ketika mengunjungi laman situs berita, atau yang mengandung informasi menarik apapun, karena laman tersebut dihiasi juga dengan berbagai tampilan iklan di sisi kiri kanan atas bawah dari naskah yang mau dibaca. Lebih menjengkelkan lagi jika ada pemilik situs itu menampilkan iklan di laman secara mendadak (pop up ads), atau mengambang (floating ads). Padahal, kita mengunjungi situs itu tanpa biaya, dan mereka butuh pemasukan untuk menghidupi orang-orang yang bekerja memproduksi konten itu.

Apa hak kita untuk marah atau kecewa ketika mengunjungi situs secara gratisan? Jika membayar mahal untuk mengunjungi situs arkeologi, kemudian ternyata di dalamnya banyak baliho iklan,  barulah kau berhak marah. 

Adagium-nya, If you’re not paying for it; you are the product, kuterjemahkan secara bebas "Jika kau tidak membayar, berarti kau adalah produknya". Lewat penelusuran online, aku tidak menemukan siapa yang pertama memunculkan adagium itu. 

Penalaran sederhananya, kau sebagai Visitor, adalah produk bagi Publisher untuk menawarkan ruang beriklan kepada Advertiser. Aku punya Visitor sekian, maka tarif beriklan di situsku sekian, demikian ujar Publisher. Jika pemasukan buat Publisher bagus, maka mereka punya modal terus untuk meningkatkan kualitas konten situs atau isi beritanya. 

Ada persaingan di antara sesama Publisher untuk merebut Advertiser, Visitor adalah daya tarik bagi Advertiser, Visitor cuma mau mengunjungi situs yang menyajikan konten berkualitas, begitulah. Silakan kalau ada yang tertarik membuat infografisnya.

Penalaran itu yang kuyakini. Untuk menjawab pertanyaan, kenapa aku membiasakan meng-klik iklan di situs-situs berita. Selain aku punya harapan Publisher meningkatkan kualitas kontennya, ini juga salah satu caraku untuk berterima kasih karena mereka mempersilakan aku menyimak konten mereka secara gratis. 

Bicara pasar bebas seperti sekarang ini, aku termasuk yang punya keyakinan bahwa uang berbicara (money talks). Percuma rasanya, mengkritisi hasil kerja orang-orang yang bekerja tapi tidak dibayar layak. Kalau mau mengkritisi, aku memilih hanya hasil kerja dari orang-orang yang dibayar layak sajalah. Jadi bagaimana, sudahkah Anda klik iklan di situs berita hari ini? 
Demikian, sekian dan 
Menjaga bumi tetap nyaman adalah sebaik-baik warisan untuk anak cucu kita
TERIMA KASIH

You Might Also Like

2 comments

  1. Klo saya sih nggak pernah ngeklik iklan mas. Mereka pemilik blog juga udah dapat earning kok per 1000 impression tampilan. Hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wedeeew, 1000 impression berat mastah, kasian mastah

      Delete