Sepeda Motor Tetaplah Di Kiri

Friday, April 04, 2014

Aku meminta dengan sangat agar sepeda motor tetaplah di kiri saat menghadapi kemacetan. Perilaku pengendara sepeda motor yang makan jalan ke kanan, melewati marka tengah, yang merupakan hak kendaraan dari arah yang berlawanan hanya akan memperburuk kemacetan.

Warga mengurai kemacetan di Jalan Pasir Angin, Citeureup, Bogor, Minggu 30 Maret 2014. Foto: Heru Lesmana Syafei
Warga mengurai kemacetan di Jalan Pasir Angin, Citeureup, Bogor, Minggu 30 Maret 2014. Foto: Heru Lesmana Syafei

Sudah lama  aku pernah melihat perilaku pengendara sepeda motor yang makan jalan ke kanan saat kondisi macet, dan masih sering berkali-kali kulihat. Namun, tak pernah sampai memicu aku  membuat tulisan begini. Kejadiannya di Jalan Pasir Angin, Citeureup, Bogor, Minggu 30 Maret 2014.

Aku sangka, semua pengendara sepeda motor yang makan kanan, yang mau sedikit berpikir, pasti tahu akibat dari perilaku ambil kanan, saat kendaraan mobil di depannya lama tidak bergerak maju alias macet: Kemacetan bertambah buruk.

Namun, pengendara sepeda motor itu tetap saja sengaja menyalip kendaraan di depannya, biasanya yang roda empat, dengan cara melewati marka tengah jalan. Maksudnya tak lain, biar tak lama menunggu, dan segera kembali ke kiri marka, setelah menyalip. Kenyataannya, cara tersebut juga sering gagal, karena kendaraan dari arah depan sudah telanjur menutup jalan, dan atau kendaraan di kiri telanjur berada pada posisi yang sejajar dengan kendaraan dari arah depan.

Lantas bagaimana? Pilihannya, sepeda motor yang gagal menyalip itu harus menunggu kendaraan di kiri lebih maju sehingga ada ruang kosong untuk kembali masuk ke kiri marka yang berarti membuat kendaraan dari arah depan tidak bisa maju. Atau, ya putar balik.

Cara mengurai kemacetan demikian, adalah dengan mengembalikan segala kendaraan yang berada di kanan marka jalan ke kiri. Bersabar hingga kendaraan dari arah kanan bisa jalan. Seharusnya, tidak diperlukan peran polisi, atau warga setempat untuk mengurai kondisi itu, asalkan pengendara sepeda motor itu insyaf.

Pada kejadian di Jalan Pasir Angin itu, aku melihat langsung kejadiannya sejak awal. Selama setengah, jam kemacetan belum terurai. Macet tersebut diawali dari berpapasannya satu bus dengan satu mobil keluarga di bagian jalan itu yang agak melengkung dan memang sempit. Beberapa kali mobil dan bus tersebut saling menyesuaikan, mundur maju untuk memberi ruang agar bisa lewat. Kacaunya, usaha menyesuaikan itu terhalang oleh sejumlah sepeda motor yang merapat di masing-masing kendaraan roda empat itu dari arah belakang, dan depannya. Lha, bagaimana mau terurai.

Setengah jam lebih kemacetan itu berada di depan mataku, kemacetan belum terurai, aku pulang.

Bagaimana jika engkau yang menghadapi kondisi kemacetan begitu?

You Might Also Like

1 comments

  1. kejadian semacam itu sudah menjadi budaya
    dan akhirnya malaha memperparah keadaan
    bukan menjadi cepat sampai tujuan..malah terhambat dalam kemacetan

    ReplyDelete