Nyéthé, padukan kopi, rokok kretek, dan batik
Saturday, July 23, 2011Kamis (21/7) malam kemarin, saya terpesona dengan karya nyéthé seorang karyawan warung kopi Blandongan bernama Aan Budiman. Halusnya, dan selera motifnya, luar biasa.
Apa itu nyéthé baru saya ketahui beberapa bulan lalu dari kawan Arie Bodong (nama panggilan), seorang kawan satu jurusan di bangku sekolah UGM. Dia jelaskan, nyéthé berawal dari kata dasar céthé yang artinya ampas kopi (bahasa Jawa dialek Tulungagung, Kediri, dan sekitarnya). Nyéthé sendiri berarti mengoleskan ampas kopi di batang rokok. Tujuan untuk memberi motif unik pada batang rokok.
Nyéthé mulanya hanya kegiatan iseng sembari ngobrol di warung kopi. Dalam perkembangannya nyéthé menjadi kegiatan yang bermuatan seni yang mirip dengan membatik. Bedanya jika batik menggunakan alat canting dan malam pada media kain, céthé menggunakan batang lidi dan ampas seduhan kopi pada media rokok. Paduan tiga produk khas Indonesia muncul, yaitu kopi, batik, dan rokok yang biasanya berupa kretek. Menurut Arie, nyéthé menambah kekayaan khasanah budaya nusantara yang adiluhung.
Rupanya, Aan adalah juara dari lomba nyéthé yang digelar Arie bersama komunitasnya di Blandongan, akhir April lalu. Warung kopi itu terletak di Jalan Sorowajan Baru, Sorowajan Lama, Banguntapan, Bantul.
Hmm, saya mulai kenal kegiatan ini pada beberapa tahun awal saya di Jogjakarta (Saya masuk daerah ini pada tahun ajaran pertama tahun 2000), dari kawan-kawan se-kampus. Dulu, tidak tahulah apa namanya. Kami oleskan ampas kopi ke rokok sebatas untuk menambah cita rasanya, tanpa motif seni.
Tapi, nyéthé ini beda. Hasilnya, bikin saya tidak tega untuk membakarnya. Setidaknya, jika saya masih punya rokok lain yang belum di-céthé. Jika tak ada rokok lain, apa boleh buat, hehehe.
Saya pun berusaha mengabadikan karya itu. Saat itu dengan kamera dari Nokia E71. Apa daya, hasil gambarnya tentu amburadul. Eh, ternyata dia memberi saya karya tersebut. Saya jadi bisa memotretnya dengan kualitas agak lebih baik di kamar :D
Menurut Saya, buah karya nyéthé itu patut diapresiasi para pemimpin negara ini. Tentu, jika para pemimpinnya peduli. Bayangkan, paduan rokok, kopi, dan batik!
Menurut Arie, kegiatan nyéthé itu eksis di beberapa daerah di Jawa. Aih, alangkah menarik jika ada riset yang lebih serius, dibarengi dokumentasi audio visual untuk melacak nyéthé, dalam semua aspek sosialnya, di masing-masing daerah.
Nyéthé, padukan kopi, rokok kretek, dan batik adalah aset kita. Atau, tunggu dilakukan oleh negara lain, dibawa ke negara lain, lalu diklaim menjadi milik mereka?
24 comments
hehe... apik tenan, ning kok ya kurang gawean tenan juga :lol:
ReplyDeletesaya pernah belajar membatik pakai kopi lelet, dan gagal... http://bit.ly/kopilelet
ReplyDeletesaya malah baru tau seni nyethe itu :)
ReplyDeleteWow keren yah hasilonya hehehe kayak tatto motifnya
ReplyDeleteNyethe sih udah tau, tapi kalau dijadiin lomba baru kali ini..
ReplyDeleteKeren memang kreasi anak negeri ini
aku ora udud koq.... *fast reading*
ReplyDeleteHihiihi nyete art nih mas... bisa bikin keren gitu...
ReplyDeleteWuaaaaaaaah
ReplyDeleteIya biasanya sih cuman biar rasanya tambah mantep
baru tahu dibatik kayak gitu
Keren
Tapi kalau aku paling cuma tak pajang wahihihihi
Eman
Mantap broo..
ReplyDeleteArt is beautiful..apapun medianya
Mantap broo..
ReplyDeleteArt is beautiful..apapun medianya ;))
Wah, bisa mengurangi limbah sisa kopi nih... hehehe.
ReplyDeleteTapi, kualitas ampas kopi apakah sekuat dengan membatik pada kain? :)
(sindhu)
http://0sprey.wordpress.com
Wah, bisa mengurangi limbah ampas kopi nih... hehehe...
ReplyDeleteTapi, apa kualitasnya sebagus seperti batik pada kain biasa? :)
Itulah cara mereka untuk berekspresi
ReplyDeletePakde gak bakat kali, hihi.
ReplyDeleteHooh Mas bero, saya juga.
ReplyDeleteIya Mbak, itulah media berekspresi bagi orang sederhana seperti mereka
ReplyDeleteTidak peduli pemerintah mengakui atau tidak, yang penting tetap berkreasi yuk
ReplyDeleteIya, ngerti deh orang sibuk seperti Mas Hendri mesti serbat cepat-cepat.haha
ReplyDeleteYup. Makanya dapat juara, haha
ReplyDeleteEman memang. Tapi, usianya cuma bertahan tiga minggu di saya. Berhubung kepepet, saya bakar juga, hahaha.
ReplyDeleteYoi bero
ReplyDeletehaha, kalau untuk mengurangi limbah sih sedikit sekali yang terpakai kok.
ReplyDeletebicara kualitas tidak bisa dibandingkan dengan batik, tidak ada yg setara. media dan bahannya jelas beda.
mantabs and thanks!
ReplyDeleteterharu gw... :) secangkir kopi deh utk tulisan ini
AB
[…] Salah satu kreasi pemenang lomba cete | Gambar dari HERULS […]
ReplyDelete