Profil Ustad Wijayanto: Berdakwah secara alamiah
Saturday, September 17, 2011Pengantar:
Saya tidak pernah menyaksikan secara langsung ceramah dari Ustad Wijayanto. Hanya pernah melihatnya beberapa kali di layar televisi. Pada bulan Ramadan 1432 Hijriah, penampilan beliau kembali saya lihat di televisi. Saya kagum penampilannya yang bersahaja, dan selalu bisa mengemas materi dakwahnya secara memikat dan dapat diterima siapa saja.
Penampilan tersebut tidak dibuat-buat, memang demikianlah beliau dalam kesehariannya. Ini saya simpulkan dari pertemuan yang hanya sekitar dua jam, untuk kepentingan wawancara rubrik Sosok di koran tempat saya bekerja dulu, pada Februari 2009. Sebelumnya, saya hanya mengenal suara ustad itu dari siaran Radio Geronimo FM pada tahun 2000.
Tulisan berikut adalah hasil wawancara tersebut. Saya ubah sedikit, dibandingkan tulisan untuk koran tersebut, untuk kepentingan blog ini. Ingat, untuk konteks waktu, koran tersebut memuat tulisan yang bersifat profil ini pada tahun 2009. Saya tampilkan dalam empat bagian di blog ini.
Ini adalah bagian pertama dari empat bagian.
Setiap penceramah punya gaya yang menjadi ciri masing-masing, yang melekat dan membuatnya laris untuk diundang mengisi berbagai pengajian. Gaya itu harus otentik, dan tidak dibuat-buat.
Wijayanto (40 tahun) mengatakan, saat bicara di depan publik, untuk menyampaikan suatu materi yang bersifat ajakan, atau ajaran, dikenal kunci mutu, lucu, dan saru, agar dapat menarik perhatian. “Tapi porsinya harus bener. Mutu dulu, baru lucu, baru saru. Yang banyak, sudah terlanjur lucu, dan saru, mutunya hilang, maka harus ada keilmuan,” paparnya .
[caption id="" align="alignnone" width="200"] Istimewa dari Ustad Wijayanto[/caption]
Menurut Wijayanto, unsur keilmuan dalam penyampaian suatu dakwah agama sangat penting. Sebab, setiap manusia pasti menginginkan penjelasan yang dapat diterima akalnya.
Wajar Wijayanto berkeyakinan demikian. Menilik dari perjalanan hidupnya, selalu berimbang antara menuntut ilmu agama, dan ilmu di sekolah formal. Selama Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas, di Solo, selalu disambung dengan sekolah agama sepulang dari sekolah formalnya.
Begitupun saat menuntut ilmu di universitas. Dia menjalani kuliah di Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM), dan di Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, bersamaan.
Pengalamannya sebagai penceramah agama, mengisi berbagai pengajian, sudah dimulai sejak duduk di bangku sekolah di Solo. Dia mengaku sudah tidak ingat lagi, kapan dan di mana persisnya pertama kali mengisi pengajian. Dia hanya ingat, pengalamannya dimulai sejak mengisi pengajian, kuliah tujuh menit (kultum), dan khutbah Jumat, semasa SMA di Solo.
“Memang hidup berkecimpung di dalam agama. Saya lupa karena memang alami saja,” ucap warga Umbulharjo, Yogyakarta, ini.
10 comments
Saya Kagum dengan Beliau....
ReplyDeleteWah, termasuk fans beliau juga ya Paman?
ReplyDeleteterus terang, saya baru ngefans justru saat wawancara itu.
sebelumnya, saya tidak pernah menyimak ceramah beliau secara utuh, baik di radio, maupun tv.
Dosen agamaku jaman dulu pas kuliah. Sekarang masih ngajar g ya?
ReplyDeleteasalamualaikum .
ReplyDeletemaaf buat sebelumnya , boleh minta no telepon dan alamatnya ustad wijayanto ?
terimakasih .
untuk pemberitahuannya bisa menghubungi 085323667831
saya barmaksd untuk mengudang beliau sebagai pemateri forum interaksi karya ilmiah remaja...
ReplyDeleteAssalamu'alaikum sy termasuk penggemar Beliau, ... stap x nglucu, jelas, berbobot dan salut tuk perjalanan hidup beliau
ReplyDeleteaku lihat beliau di bukan empat mata jadi pengen nyari -nyari tulisan beliau
ReplyDeleteSilakan, selamat membaca
ReplyDeletewajar aja klo banyak yang ngefan maklum beliau orangnya PINTER,sederhana apa adanya dan tidak LEBAY
ReplyDeleteHiya, payah ditemukan orang seperti beliau yah
ReplyDelete