Profil Ustad Wijayanto: Bang Toyib yang punya banyak anak

Sunday, October 02, 2011

Bagian ketiga dari empat bagian.

Dirumahnya, di atas lahan seluas 1600 meter persegi, Wijayanto tidak hanya tinggal bersama anak istri, tapi juga berbagi dengan pengasuh kantor, pondok pesantren putri, dan ruang kelas play group Bina Anak Soleh (BIAS).

Pada bagian halaman, ada pondok bertingkat untuk tamu-tamu yang hendak menginap. Fungsi-fungsi tambahan itu sudah berjalan sejak sekitar 5 tahun lalu.

Konsep rumah Wijayanto bersifat terbuka, bisa berkembang, dan tanpa gaya tertentu. Banyak ruang untuk keluar masuk udara, dan cahaya. Tinggi atapnya 14 meter, tetap sejuk meski tanpa kipas, dan tanpa AC. Dia membangun rumahnya dari tanah kosong.

Dua tahun lalu pernah terjadi kebakaran, akibat ada yang membakar sampah di sebelah rumahnya, dengan korban dua mobil. “Rancangan tumbuh saja, berkembang, kurang ini tambah ini,” kata Wijayanto.

Sebagai pengasuh Yayasan BIAS, ada 90 putra putri di pondok pesantren yang harus diurus Wijayanto. Hampir semua bagian rumah, tanah miliknya, bisa dipakai BIAS. Baginya, BIAS adalah wadah untuk beramal, bukan untuk mengambil keuntungan. “Saya sudah menyatu (dengan BIAS), hidup saya itu untuk agama. Itu keberkahan rejeki, saya pegawai negeri, tapi anak-anak belum pernah kelaparan,” ucapnya.



[caption id="" align="alignnone" width="300"] Istimewa dari Ustad Wijayanto[/caption]

Wijayanto mendapat gelar Bang Toyib yang punya banyak anak dari anak-anaknya, dan dari acara TV Empat Mata, yang dibawakan Tukul. Itu karena dia jarang pulang. Hari Rabu, Kamis, dan Jumat, di Jakarta untuk mengajar. Pada bulan Ramadan kemarin, dia keluar kota terus untuk mengisi pengajian di Singapura, Kalimantan, Sumatra, dan lain-lain.

Sejak 6 tahun lalu, setiap tahun Wijayanto selalu berangkat Haji, dan Umroh, untuk mendampingi berbagai kelompok jamaah. Paling lama, dia pernah meninggalkan rumah selama 3 bulan, untuk ke Inggris dalam rangka belajar. Untuk mengisi training, pernah tidak pulang selama satu bulan.

Sebagai penyeimbang, Wijayanto punya momentum untuk 'kafarah', alias menebus dosa. Jika sudah mengamini permintaan keluarganya untuk di rumah pada Sabtu dan Minggu, maka presiden pun tak bisa mengusik. Jika ada yang meminta jadi pemateri keluar kota, diajukan syarat, anak-anak dan istri harus ikut.

Untuk menjaga komunikasi dengan keluarga, nomor ponsel Wijayanto dibuat internasional, sehingga selalu bisa dihubungi di negara mana pun berada. Keluarganya menelpon setiap hari. “Kalau di luar, hp nggak pernah berhenti bunyi, karena masing-masing anak telpon,” ucapnya.

You Might Also Like

0 comments