Tahun baru 2012 di lereng Gunung Merapi dan Merbabu

Saturday, January 28, 2012

Saya pilih lereng Gunung Merapi dan Merbabu, alias di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, untuk menikmati malam pergantian tahun 2011 ke 2012.

Berdasar pengalaman tahun-tahun sebelumnya, malam pergantian tahun di Jogja, kota domisili saya, terlalu crowded, macet. Kemacetan Jogja sudah mulai terasa sejak satu minggu sebelum pergantian tahun. Volume kendaraan membengkak.

Saya tidak bisa menikmati suasana demikian. Bahkan, jika saya hanya berdiam di kamar kos saja, keriuhan itu memuakkan. Saya lebih suka di pegunungan yang sejuk, dan tidak terlalu riuh.

[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Api unggun malam tahun baru 2012"][/caption]

Sejak awalnya, saya rencanakan untuk trekking ke di antara dua gunung itu, Merapi atau Merbabu. Entah mana yang akan saya daki, saya putuskan nanti di Selo.

Belakangan, dapat tawaran dari @Bayu_RakomKFM untuk mengikuti acara komunitas radio amatir pemantau Merapi, di markas Radio Komunitas Merapi Merbabu Community (MMC). Yang pasti saat berangkat, isi daypack saya cukup siap untuk pendakian ringan sehari semalam.

Berangkat dari Jogja sekitar 13.30 WIB, saya tiba di rumah salah seorang aktifis pemantau Merapi, Nasfuri, sekitar 16.00 WIB, di Cepogo, Boyolali. Saya istirahat sejenak di situ. Sorenya, dua teman dari radio komunitas di Boyolali, mengajak gabung saja dengan acara mereka, seperti yang sebelumnya ditawarkan @Bayu_RakomKFM. Saya putuskan bergabung.

Peserta paling banyak dari rombongan mahasiswa/i UIN Sunan Kalijaga Jogja, sekitar sepuluh orang. Rupanya, mereka sudah terbiasa mengikuti kegiatan radio komunitas di Boyalali itu.

Lepas Isya' kami berangkat dengan menumpangi mobil bak terbuka Nasfuri, dan satu sepeda motor menuju lokasi MMC di Kuncen, Samiran, Selo, Boyolali. Mereka yang dari Jogja memilih menumpang mobil bak itu dengan alasan lebih aman. Meski sama sekali tidak nyaman karena bak terisi penuh. Jalan menuju lokasi, sekitar 10 km jauhnya, dan terus menanjak bergelombang, mereka cemaskan penuh kabut.

Tiba di lokasi, acara pertama rupanya langsung ke acara inti, yakni makan malam. Lepas itu, baru sang tuan rumah membuka acara dengan menjelaskan profil MMC.

Kembang api dan pelangi

Sungguh, tidak menyesal mengikuti acara bersama mereka. Malam yang sejuk di pegunungan, dan perut kenyang, bersama teman-teman baru, haha.

Satu jam menjelang pergantian tahun, kami mendengar banyak suara kembang api dan petasan. Rupanya, para pendaki di Gunung Merapi dan Merbabu pelakunya. Mereka membakar kembang api di jalur pendakian. Lokasi kami yang di tengah-tengah, strategis untuk melihat keduanya.

Kembang api itu terus menghiasi langit Selo, setidaknya sampai tiga puluh menit setelah tahun berganti. Entahlah, jangan-jangan jam yang dibawa para pendaki itu berbeda-beda, atau karena stok kembang api mereka demikian banyak. Yang pasti, para pendaki malam itu tampaknya mencapai ratusan di masing-masing Merapi dan Merbabu.

Kami menikmati pemandangan kembang api itu dengan api unggun di halaman rumah. Bersama musik dangdut yang diputar dari tape ber-speaker kecil.

Suasana di kampung itu sangat sepi. Hanya di halaman rumah kantor Radio MMC saja yang tampak ada kehidupan karena kami. Sementara tetangga, sejauh mata memandang, tidak tampak ada kehidupan.

Sekitar 07.00 WIB kami mulai menikmati sarapan. Tapi, semuanya berebut keluar rumah, saat seseorang meneriakkan "pelangi". Kurang istimewa apa 1 Januari ini, pelangi di pagi hari pertama tahun baru! Sayang, tidak bisa saya foto. Bagian kaki dan tengah-tengah pelangi tertutup pohon-pohon dan barisan rumah.

Tergelincir di tikungan

Pada malam menjelang pergantian tahun itu, salah seorang teman yang datang belakangan tertimpa musibah kecil. Sepeda motor yang dia bawa tergelincir di jembatan setelah tikungan, sekitar 2 km sebelum pasar Selo, dari arah Cepogo. Dia ditolong oleh warga setempat, dan sempat tidak sadarkan diri.

Setelah sadar, dia mengirim sms ke kami. Saya berangkat bersama Nasfuri dengan mobil, menyusulnya.

Setelah kami periksa, tidak ada cedera yang berarti, meski dia sempat pingsan beberapa saat. Akhirnya, dia masuk mobil menuju Radio MMC, sementara sepeda motornya saya yang bawa.

Sepeda motor di tikungan jembatan itu memang rawan tergelincir, karena jalan licin akibat pasir yang berserak. Bahkan, saat kami baru memeriksa kondisi teman tersebut, ada dua sepeda motor yang nyaris tergelincir di tikungan itu. Saya taksir, kecepatannya mencapai 50 km per jam. Yeah, mending jalan pelan saja di tikungan itu.

You Might Also Like

8 comments

  1. Jadi ingat waktu saya dan teman2 kos merayakan pergantian tahun 2007. :)

    ReplyDelete
  2. Seru....

    sayang aku gak ada stamina buat daki gunung lagi...
    *elus perut

    ReplyDelete
  3. jadi mau lihat foto2 di pegunungan lagi *kurang itu mas cuma satu* :D

    ReplyDelete
  4. Wah, iya.
    Untuk foto2 pegunungan bisa lihat di galeri yang herulesmanasyafei.blogspot.com terus ke label "mount merapi".
    Sementara baru punya itu, hehe

    ReplyDelete
  5. Latihan fisik dulu Mas.
    Saya juga lama banget nggak mendaki. Setiap mau mendaki baru latihan fisik, instan banget, jadi memang kurang bagus, hehe.

    ReplyDelete
  6. Mending kalau di rumah suasananya tenang. Kalau berisik ya males banget je

    ReplyDelete
  7. Wah, nggak enak nih, jadi mengingatkan kenangan lama.
    #halah

    ReplyDelete