Menyongsong 2015, Merenungkan 2014

Monday, January 19, 2015

Menyongsong 2015, Merenungkan 2014
Sunset in Ciliwung River, Depok, 2015. More in album https://www.flickr.com/photos/heruls/sets/72157649896032020/
 
Judul tulisan ini yang keren sekali bukan. Menyongsong 2015, Merenungkan 2014, agak-agak berbau laporan optimisme pasar khas berita ekonomi, sekaligus kontemplatif, khas kolom tulisan lepas akhir tahun di media berita edisi minggu. Meski isinya biasa saja.

Menyongsong 2015, aku punya resolusi klise, yang sebenarnya hampir sama dengan semua orang lainnya. Resolusi itu biasanya berdasar dari hasil merenungkan 2014, atau tahun-tahun sebelumnya. Lebih ini lebih itu dari tahun-tahun sebelumnya

Sebagian orang merasa perlu tetap menyebutkan resolusi yang hampir sama dengan semua orang itu, meski membosankan, gunanya adalah untuk terus menerus memotivasi diri di awal tahun. Aku pun merasa demikian. Hei, ikut seminar-seminar motivasi itu bayar lho, dan tidak murah.

Oke, yang sama adalah (1) aku ingin menulis di blog pribadi, dan menulisi di blog berbahasa Inggris mengenai isu aset sumber daya alam Indonesia yang berbahasa inggris Lestari Post, lebih teratur. Makin lama kusadari, menulis itu sangat membantu menyehatkan pikiran, semelantur apa pun. Syukur kalau ada komentar, entah saran, atau celaan, yang bisa mengasah pikiranku.

Kalau pujian sih aku tak ambil pusing, tidak ada gunanya buatku. Pun, menulis di blog sebagai semangat berbagi cerita, dan keterlibatan mengisi dan memperkaya jagat internet, agar jika suatu saat ada yang ingin mencari sesuatu informasi di internet dengan mengetikkan kata-kata kunci tertentu mungkin dapat menemukan jawabannya di blogku, tidak kujadikan pertimbangan. Aku cukup egois untuk menyehatkan pikiran sebagai motivasi utama. Pujian, dan keterlibatan mengisi konten di internet itu tidak ada faedahnya buatku.

(2) Aku ingin memotret lebih banyak sungai, mata air, dan apa pun yang terkait dengan air. Entah mengapa, kegiatan tersebut mendatangkan kedamaian ke dalam hidupku yang sudah damai ini.

(3) Segala tetek bengek keduniaan dan keakhiratan harus terus dikejar selama hayat masih di kandung badan ini. Sederhana saja, banyak materi, memudahkan kita untuk terus berbuat baik dan meraih kemauan ini itu. Sementara ajal entah kapan datangnya aku tak tahu. Lagipula, aku mengimani untuk terus bekerja seolah akan hidup selamanya, dan beribadah dengan disiplin seolah ajal segera menjemput.

Tangerang Selatan, 2015

You Might Also Like

0 comments