Pakaian musim dingin
Monday, December 14, 2015Pukul lima sore waktu setempat kereta rel listrik National Rail yang aku tumpangi bersama Ratna tiba di Kota Leeds, West Yorkshire, Inggris. Selanjutnya, di kota Leeds ini rencananya selama setahun kami akan menetap.
Sejak ini, materi tulisan ke depan yang tentang keseharian akan bercerita tentang hal-hal tidak penting selama di sini. Santai, aku akan tetap jadi tukang komentar, dan membagikan wawasan sesekali.
Pembaca setia, pendengar yang budiman, dan pemirsa di rumah. Waktu itu Selasa, lima belas September, sudah tiga bulan lewat memang namun kurasa perlu tetap cerita di sini sebagai tonggak waktu. Sementara buat yang sudah berkawan denganku di Facebook, kiranya sudah tahu dari pembaharuan statusku.
(https://www.facebook.com/693076661/posts/10153160181826662/?pnref=story) |
Eh salah, sebenarnya tentang pakaian musim dingin, yaaa salah satu bagian masalah dari cuacalah.
Kami datang pada musim gugur alias autumn. Musim gugur ini adalah musim di antara panas (summer) dan dingin (winter, yang kadang-kadang bersalju di beberapa negara). Pada saat kami sampai, dan sampai minggu ke tiga Oktober, suhu tertinggi di luar ruangan pada siang hari adalah lima belas derajat Celcius dan biasanya di 10 derajat.
Pertimbangkan itu sebagai musim gugur paruh pertama. Pada musim gugur paruh berikutnya, tentu suhu lebih rendah lagi.
Bagaimana menghadapi kondisi itu? Bagiku itu perubahan yang lumayan signifikan. Namun bukan alasan untuk tidak berkegiatan. Pakaian lebih tebal jadi modal utama berkegiatan di musim dingin.
Jamak bagi orang dari negeri tropis bermandikan cahaya mentari seperti Indonesia untuk membawa pakaian lebih tebal sebagai persiapan menghadapi suhu lebih dingin. Itu pengetahuan umum yah. Soal di mana membeli pakaian tersebut, di mana yang termurah, juga kupertimbangkan bukan masalah lagi buat pembaca setia, pemirsa di rumah, dan pendengar yang budiman dari blog ini. Bisa ditelusuri secara online yah.
Yang mau aku sarankan di sini, adalah tidak perlu bawa pakaian musim dingin, seperti jaket terlalu banyak. Mungkin satu set saja cukup. Set maksudku, terdiri dari celana, jaket, sarung tangan, kaus kaki, penutup kepala, dan penutup telinga.
Kupikir, satu pertimbangan utama orang bawa pakaian musim dingin banyak sejak awal adalah karena menyangka di kota tujuannya akan jauh lebih mahal. Semoga tidak ada yang menyangka karena di kota tujuannya tidak ada yang jual, atau susah dicari yah.
Faktanya, harga pakaian musim dingin di sini banyak yang lebih murah, setidaknya dibandingkan dengan di pusat perbelanjaan Mangga Dua yang disebut-sebut sebagai surganya perlengkapan musim dingin.
Kau bisa menemukan pakaian musim dingin lebih murah di Charity Shop, dan atau Community Shop, dan pasar barang bekas yang hanya digelar tiap minggu di beberapa daerah. Lebih murah karena bekas, iya juga. Tapi bekas dengan kondisi yang menurutku 95%.
Yang baru dan lebih murah pun banyak juga. Ada di toko yang rata-rata di sini punya website sehingga bisa ditelusuri dulu harganya secara online dan di pedagang pasar.
Aku tetap sadar murah di sini relatif, harus ada perbandingannya. Aku hanya menganggap murah kalau barang baru di toko itu dikasih potongan harga lebih dari 75%, dan ada.
Jadi, supaya informasi terasa akurat, berapa persen lebih murah sih jika seandainya barang tersebut juga dijual di Mangga Dua dengan kondisi yang sama? Menurutku, setidaknya kau bisa dapat harga sepertiga lebih murahnya.
Aku baru tahu sih soal harga yang bisa lebih murah sampai 75% itu. Kalau tahu sejak awal, mungkin aku sama sekali tidak bawa pakaian musim dingin. Lebih baik koper atau tas diisi barang-barang yang lebih berfaedah seperti bahan makanan atau minuman.
Bagaimana dengan makanan minuman? Posting berikutnya yah.
0 comments