Keramahan warga Takengon
Bagian pertama: Kesejukan di bulan Ramadan
Aku ingat belum menulis cerita dari perjalanan ke Takengon, Aceh Tengah, pada tahun 2011, setelah jumpa Din Afriansyah, seorang kawan Blogger Sumut. Din menjemputku di stasiun Kereta Api Medan, Sabtu subuh, 25 Agustus 2012, lalu membawaku ke rumahnya yang terletak sekitar 1 kilometer dari Masjid Raya Medan. Rencananya, kami akan mengunjungi pernikahan seorang kawan Blogger Sumut, Horas K Sirait, di Pematang Siantar, pada siang harinya.
Pada perbincangan awal dengan Din, dia menyebut keluarganya pernah tinggal di Aceh Tengah. Duh, aku segera ingat belum menulis cerita dari kunjungan ke daerah yang didominasi suku Gayo itu.
[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Armada mobil rute Bireun - Takengon"][/caption]
Bagian pertama: Kesejukan di bulan Ramadan
Aku ingat belum menulis cerita dari perjalanan ke Takengon, Aceh Tengah, pada tahun 2011, setelah jumpa Din Afriansyah, seorang kawan Blogger Sumut. Din menjemputku di stasiun Kereta Api Medan, Sabtu subuh, 25 Agustus 2012, lalu membawaku ke rumahnya yang terletak sekitar 1 kilometer dari Masjid Raya Medan. Rencananya, kami akan mengunjungi pernikahan seorang kawan Blogger Sumut, Horas K Sirait, di Pematang Siantar, pada siang harinya.
Pada perbincangan awal dengan Din, dia menyebut keluarganya pernah tinggal di Aceh Tengah. Duh, aku segera ingat belum menulis cerita dari kunjungan ke daerah yang didominasi suku Gayo itu.
[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Armada mobil rute Bireun - Takengon"][/caption]