Penyelamat ponsel hilang

Thursday, July 19, 2012

Penyelamat ponsel hilang

Aku nyaris beli ponsel (telepon seluler), karena sempat kehilangan ponsel pada Senin sore, 9 Juli 2012. Eh, hari ke dua kehilangan, datang kabar, ternyata ada orang yang menyelamatkan ponsel itu.

Penyelamat ponselku yang hilang itu seorang takmir masjid. Aku memang lupa, meninggalkan ponsel itu di masjid itu. Aku ke masjid itu demi menemui seorang kawan, bekerja sebagai kartunis profesional,  Lokasinya di Kelurahan Panembahan, Kraton, Yogyakarta.

Aku sadar ponsel itu tertinggal, setelah 10 menit meninggalkan masjid, setelah berada di kantor lembaga swadaya masyarakat (LSM), yang berjarak hanya 200 meter dari masjid tadi. Lalu, aku telpon nomor ponsel itu. Yang terdengar hanya suara operator, menyebutkan, kalau ponsel itu tidak aktif.

[caption id="" align="alignnone" width="640" caption="Ponsel yang sempat hilang"][/caption]

Aku pasrah. Tak ada usaha untuk kembali ke masjid itu. Dalam benakku, pasti pengambil ponsel itu sudah membuang kartu sim operatornya. Aku lekas mengambil kesimpulan demikian, karena pelajaran dari kehilangan ponsel yang sebelumnya.

Kehilangan ponsel sebelumnya terjadi juga di masjid, April 2012 lalu, di Purworejo. Waktu itu, dalam perjalanan dari Sleman menuju Cirebon, dengan kendaraan bak terbuka.

Berhubung hari Jumat, kami (bersama supir), masuk ke masjid sekitar pukul 11.30 WIB. Saya meninggalkan ponsel di dalam kamar mandi. Kurang lima menit, saya periksa kembali, ponsel itu sudah raib, dan nomornya tak bisa dihubungi.

Pada kecerobohan yang ke dua itu, aku langsung merelakan. Dari empat orang yang berada di kantor itu, hanya sekretaris kantor LSM itu, yang tahu kalau aku kehilangan ponsel, karena aku pinjam telepon kantor LSM itu. Kawanku, yang kartunis nasional, itu pun tidak tahu. Aku lalu ngangkring dengan kartunis itu sampai maghrib di Jalan Wijilan. Malamnya, aku kasih kabar ke keluarga lewat Facebook, tentang kehilangan ponsel itu.

Esoknya, Selasa, aku melihat-lihat ponsel di Jogjatronik, dan di Wisma Hartono, untuk ganti yang hilang. Kartu sim operator kuurus sore harinya, di Grapari Jalan Jenderal Sudirman, dengan membayar Rp10.000. Sudah ada beberapa ponsel yang kuincar. Namun, belum kubeli, karena masih banyak pertimbangan, terutama anggaran, haha.

Malamnya, ada kabar menggembirakan lewat Facebook. Adikku mengabari, ponselku disimpan oleh seorang takmir masjid tempat aku meninggalkannya. Takmir itu mengirim sms kepada Emakku. Rupanya, takmir itu tahu nomor Emak, karena membaca sms yang masuk dari Emak, yang isinya mengingatkan aku tentang buku yang harus dibeli.

Rabu siang, kuhampiri rumah takmir itu. Rupanya, itu takmir itu yang sempat ngobrol dengan kawanku kartunis yang kujemput di depan masjid itu. Pak Susman nama takmir itu. Dia pun masih mengingatku. Tak terpikirkan sebelumnya.

Soal kenapa, saat aku telepon nomorku begitu menyadarinya hilang, ponsel itu tidak aktif, itu karena aku memang mematikannya. Syukurlah.

You Might Also Like

1 comments