Biji kopi Arabica Toraja
Monday, September 24, 2012Biji kopi Arabica Toraja
Aku punya kebiasaan untuk beli kopi di daerah kunjungan sejak tahun 2011. Termasuk pada kunjungan ke Makassar, Sulawesi Selatan, selama tanggal 14 sampai 17 September 2012.
Aku beli biji kopi Arabica Toraja, dari Toko Ujung di Jalan Somba Opu, saat itu. Lokasinya hanya sekitar lima menit jalan kaki dari Pantai Losari, Makassar. Kubeli dalam kemasan 250 gram sebanyak dua bungkus.
Selain kopi, toko itu menyediakan berbagai kebutuhan cinderamata khas Makassar. Ada sirup, dodol, Songko Bone, minyak gosok, aneka kacang dan kue khas, ukiran toraja, kaus, aneka kain, dan lain-lain. Aku cuma beli kopi.
[caption id="" align="alignnone" width="500"] Pengemasan kopi di Toko Ujung[/caption]
Saat masuk ke toko itu, tampak pelayan di bagian belakang toko sedang mengemas bubuk kopi dalam plastik bening. Aku tanyakan biji kopi arabica, dia lalu mengeluarkannya dalam kemasan kaleng bekas biskuit.
Aku lihat, hitamnya biji tampak kurang rata. Kutebak, biji tersebut disangrai dalam kuali, bukan di drum yang berputar. Pelayan itu membenarkan. Biji kopi tersebut mereka sangrai dua minggu sebelumnya.
Masalah berikutnya adalah bagaimana menggiling biji kopi itu, sebelum kuseduh di Sleman. Sampai akhirnya lewat twitter diperkenalkan oleh @cildebron kawan barista di Jakarta, pada @dondenron. Aku lalu dijemput @dondenron, untuk mengeksplorasi biji kopi itu di @kopiitem_coffee, Sabtu malam, 22 September 2012. Dari @dondenron, aku yang awam ini menerima masukan ihwa kopi biji Arabica Toraja itu.
[caption id="" align="alignnone" width="500"] Biji kopi Arabica Toraja dalam kaleng[/caption]
Sebelum digiling @dondenron memastikan, jenis bijinya benar arabica. Dia giling kopi tersebut dengan alat giling manual, diputar dengan tangan. Dia seduh dengan tiga cara. Pertama, cara tubruk di cangkir keramik, dua sendok bubuk lalu disiram air panas sampai penuh. Dua cara berikutnya dengan french press, dua sendok bubuk, bedanya hanya kuantitas air panas.
Menurutku, yang paling oke rasanya, adalah yang tubruk. @dondendron sependapat. Asamnya kuat, meski bagiku masih kurang kuat.
Menurut @dondenron, biji itu disangrai di kuali pada tingkatan medium roast. Sehingga warnanya tidak hitam merata, hasil seduhannya juga cuma coklat tua. Bisa lebih mantap lagi cita rasa yang muncul jika dark roast dengan mesin yang terukur, yang nanti warnanya lebih hitam.
Rasanya, menurut @dondenron, wangi Toraja-nya sedikit muncul, oily, tidak terlalu bold. Sekali lagi, dia menyayangkan kualitas roasting, alias sangrai, yang tidak maksimal.
Kesimpulan akhirku, harga yang kubeli, setara dengan rasa yang kudapatkan. Sialnya, dari percobaan seduh tubruk yang kulakukan sendiri kemudian, masih gagal terus. Belum bisa mendapat rasa seperti seduhannya @dondenron.
2 comments
kak kokk aku ga diajak ngopih :(
ReplyDeleteWaaa, kak karno nggak pernah ngajak sih. Takutnya gak suka
ReplyDelete