Kejuaraan Aeropress Nasional Pertama

Sunday, June 12, 2016

Babak penyisihan lomba Indonesia Aeropress Championship, Jumat 13 Mei 2016.
Salah satu kegembiraan pertama setibanya di tanah air adalah bisa menyaksikan secara langsung kompetisi nasional Aeropress pertama di Clique Bar & Kitchen, Gading Serpong, Tangerang Selatan, pada 13 dan 14 Mei lalu.

Kompetisi menyeduh kopi dengan alat manual aeropress tersebut merupakan kompetisi regional untuk mencari perwakilan juara yang akan berangkat ke tingkat dunia yakni World Aeropress Championship 2016 di Dublin, Ireland pada 23 Juni.

Pemenang kompetisi nasional tersebut adalah Prawira Adhiguna alias Edo, seorang roaster atau penyangrai kopi dari Hungry Bird Coffee Roaster, Bali. Dia akan berangkat mewakili Indonesia di Dublin nanti. Juara urutan berikutnya Iwan Setiawan, dan Dody Wijaya Putra.

Setelah babak penyisihan, para pemenang tiap babak diputuskan oleh tiga juri yakni Mira Yudhawati (Caswell Coffee), John Chendra (Kopi Ujung), dan Sang Ho Park (Roaster dari Korea). Pada babak penyisihan, semua pemenang diputuskan oleh sembilan juri yang saling bergilir per tiga juri.

Kegembiraanku terutama karena bisa menyaksikan secara langsung jenis perlombaan yang biasanya cuma bisa kusaksikan melalui YouTube. Pada pertengahan tahun 2015 aku sudah merencanakan untuk menonton perlombaan serupa yang diumumkan akan berlangsung pada akhir tahun, namun tidak bisa lihat karena harus ke Inggris.

Perlombaan terkait cita rasa kopi tahun 2015 yang kulewatkan melihatnya karena harus ke Inggris itu adalah Indonesia Barista Competition, Indonesia Latte Art Competition, Indonesia Brewers Cup, dan Indonesia Cup Taster, Indonesia. Sayang sekali.

Meski rasa penasaran untuk menikmati keseruan dan ketegangan suasana lomba sedikit terganti di London karena bisa menyaksikan Latte Art dan Coffee in Good Spirits Competitions pada 12 Desember 2015. Namun tetap terasa lebih seru menonton kompetisi Aeropress kemarin.

Atraktif! Aeropress adalah alat menyeduh kopi yang atraktif sejak dalam pikiran. Alat ciptaan Uwak Alan Adler pada 2005 diklaim sebagai alat seduh kopi manual yang menghasilkan cita rasa kopi paling enak. Tapi bagiku, selain soal klaim, alat ini menawarkan banyak variabel untuk dimainkan yang semuanya mempengaruhi ke hasil akhir dan atraktif untuk dilihat.

Juri bekerja dengan merasakan hasil akhir dari setiap cangkir peserta. Lalu menunjuk mana cangkir yang paling mereka sukai. Namun, juri tidak bisa menikmati penampilan peserta yang atraktif demi menghindari bias. Inilah enaknya jadi penonton, hehe.

Oiya, bagian kerja juri yang menunjuk cangkir yang mereka sukai ini juga seru lho. Bayangkan ketika setiap juri menunjuk ke setiap cangkir yang berbeda. Wah, itu berarti setiap peserta menghasilkan cita rasa yang sama kuat, kemudian pada akhirnya selera jurilah yang bicara. Dan, ini terjadi berkali-kali, berarti total 81 orang peserta lomba itu jago-jago. Kalau sudah begitu, terpaksa satu orang juri yang sejak awal ditunjuk menjadi juri utama menggunakan otoritasnya.

Daya tarik kejuaraan Aeropress ini sangat besar. Satu minggu sebelum acara, aku sempat berbincang dengan seorang barista di Jakarta Coffee House, Cipete Raya, Jakarta Selatan, yang ingin ikut tapi tidak bisa karena kuota peserta sudah penuh. Padahal, katanya, dia hendak mendaftar baru pada hari ketiga setelah pendaftaran dibuka. Wew.

Bagian lain yang bikin seru, ternyata babak di mana ketiga juri menunjuk pada cangkir yang sama baru terjadi pertama kali pada sore hari, sekitar jam empat sore. Wuah, itu berarti puluhan babak sebelumnya kemampuan para peserta berhasil membuat juri terpaksa menggunakan selera pribadinya.

Seolah atraksi peserta menggunakan Aeropress itu sendiri tidak cukup menarik, panitia dari ABCD Coffee School menambahkan lagi daya tarik kompetisi tersebut dengan menerapkan tema kostum ke peserta yakni Kungfu. Ya, peserta didorong untuk mengenakan kostum bela diri asal negeri negeri tirai bambu tersebut, tentu dengan imbalan hadiah buat kostum terbaik.

Ah, terlalu banyak hal menarik dari kompetisi Aeropress nasional pertama tersebut. Sayangnya, sepertinya tidak mendapat ekspos dari banyak media arus utama. Ah, bodo amat, yang penting aku bisa menonton langsung, nggak lewat YouTube lagi, yihaaa.

You Might Also Like

2 comments

  1. Menyeduh kopi ternyata ada seninya yaaa

    ReplyDelete
  2. Dari segi publikasi, acara kopi memang belum mendapat tempat di media arus utama, Mas.

    ReplyDelete