Tukang Cerita
Tukang Cerita
Sungguh-sungguh terjadi: Pemulung yang mengembalikan barang curian
Friday, March 16, 2012
Materi ini saya dapat dari koran Kedaulatan Rakyat yang terbit dalam minggu ini. Terima kasih kepada pemulung yang ternyata tidak hanya mengurangi sampah, tapi juga mengembalikan barang curian.
Sejak beberapa bulan terakhir, saya sedang suka baca rubrik "Sungguh-sungguh Terjadi" yang dipasang pada halaman depan, sudut kanan bawah, koran itu. Rasanya lebih mencerahkan, daripada baca berita utama tentang kenyataan di republik itu.
Yeah, demikianlah tugas koran, memberitakan kenyataan. Saya setuju, memang yang paling penting untuk diketahui publik adalah tidak becusnya kerja penguasa yang dibayar oleh kerja keras rakyat.
Sejak beberapa bulan terakhir, saya sedang suka baca rubrik "Sungguh-sungguh Terjadi" yang dipasang pada halaman depan, sudut kanan bawah, koran itu. Rasanya lebih mencerahkan, daripada baca berita utama tentang kenyataan di republik itu.
Yeah, demikianlah tugas koran, memberitakan kenyataan. Saya setuju, memang yang paling penting untuk diketahui publik adalah tidak becusnya kerja penguasa yang dibayar oleh kerja keras rakyat.
Lima ribu rupiah yang mengubah Rahmat
Ini kisah tentang perubahan (positif) seorang lelaki Aceh, anak dari keluarga yang tergolong berada. Ayahnya pensiunan bankir, yang kini mengelola hotel di Medan.
Kisah begini, pada bagian sebelum dia berubah, tentu jauh dari bisa disamaratakan dengan remaja Aceh lainnya yang kuliah di Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Namun, kabar buruknya adalah saya kenal lebih dari satu orang Aceh yang perilakunya mirip.
[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Satu sisi uang kertas pecahan Rp5.000 tahun 2012"]
[/caption]
Ini kisah tentang perubahan (positif) seorang lelaki Aceh, anak dari keluarga yang tergolong berada. Ayahnya pensiunan bankir, yang kini mengelola hotel di Medan.
Kisah begini, pada bagian sebelum dia berubah, tentu jauh dari bisa disamaratakan dengan remaja Aceh lainnya yang kuliah di Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Namun, kabar buruknya adalah saya kenal lebih dari satu orang Aceh yang perilakunya mirip.
[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Satu sisi uang kertas pecahan Rp5.000 tahun 2012"]
[/caption]