Halaman OLX Tukang Iklan |
Sebelumnya aku sudah pernah pasang iklan di beberapa media online, seperti situs Bursa Fotografer Net, dan situs Forum Kaskus. Nah, yang paling baru sekarang ini adalah aku pasang iklan di situs OLX.co.id. Yang menarik dari iklan mereka adalah kata-kata "Kalau bisa jadi duit, kenapa nggak". Hmmm, iya juga sih.
Semua situs jual beli, atau situs apapun yang menyediakan ruang untuk orang beriklan, punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga kita akan diajak untuk menjadi pemasar, memilih pasar yang tepat untuk menempatkan barang dagangan, kita jadi berpikir, untuk barang tertentu sebaiknya diiklankan di situs yang mana. Meski bisa dan tidak ada salahnya barang yang sama diiklankan di banyak situs, ketika bicara aspek efisiensi tukang iklan harus memilih.
Aku memilih menempatkan barang-barang yang terkait fotografi di Bursa Fotografer Net, barang-barang tanpa kriteria khusus di Forum Kaskus, dan belakangan buku-buku bekasku di OLX.co.id.
Baru kemarin aku mulai mengiklankan buku-buku di OLX, memang belum dapat respon. Nah, menurutku, kelebihannya OLX ini adalah (1) menyarankan untuk menggunakan metode ketemuan untuk bertransaksi, alias Cash On Delivery (COD), atau ada barang ada uang. Sebuah metode yang konvensional di era online ini.
Kelebihan tersebut hanya soal sudut pandang saja, yakni berpihak kepada sudut pandang pembeli yang ingin memastikan barang tersebut benar-benar eksis dan penjualnya bisa dipercaya. Sudut pandang ini masih cukup dominan bagi sebagian pembeli Indonesia yang melihat iklan barang yang hendak dibelinya dari media online.
Yah, itu imbas dari masih terjadinya beberapa penipuan online. Selama masih terjadi pembeli sudah mentransfer uang tapi barang tidak kunjung datang, tapi barang datang dengan kondisi tidak sesuai iklan, tapi barang datang namun bukan seperti yang dipesan, yah metode COD masih akan dipercaya.
Adapun beberapa situs iklan jual beli lainnya, ada yang mensyaratkan transaksi harus menggunakan sistem rekening perantara miliknya, seperti Bukalapak, ada juga yang mempersilakan pedagang dan pembeli memilih, transaksi langsung di antara mereka, atau memakai fasilitas rekening bersama seperti Forum Kaskus, dan Bursa Fotografer Net yang kugunakan juga.
Kelebihan lain OLX (2) adalah karena tidak terlalu banyak distraksi (pengalih perhatian) tautan untuk menuju halaman lain pada halaman barang yang diiklankan, ya relatif bersih. Menurutku kebersihan ini penting. Sementara kalau di forum, jelas ada banyak distraksi tidak cuma untuk ke produk-produk iklan lain, namun juga ke kanal-kanal forum yang lain.
Sementara ini dulu mengenai tukang iklan harus memilih. Aku sadar betul mengenai beberapa kekurangan dari setiap situs untuk beriklan. Untuk kekurangan itu, biarlah engkau temukan sendiri nanti ketika engkau sudah mencobanya.
Silakan tulis dikomentar kalau engkau tahu kekurangan dari situs beriklan tertentu. Apa pertimbanganmu memilih situs untuk beriklan?
Perjalanan kembali ke ibukota setelah mudik di Cirebon, 2015. Difoto oleh istri. |
Aku tidak akan terlalu rinci menjelaskan apa itu resesi ekonomi, aku cukupkan dengan pengertian sederhana sebagai penurunan kegiatan ekonomi, tingkat konsumsi menurun sehingga tingkat penjual menurun, kemudian menyusul produksi pun menurun.
Nah, jika engkau sudah pernah mendengar beberapa warta tentang keluhan dari para pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang menyebutkan penjualan mereka pada bulan puasa Ramadan tahun 1436 Hijriah atau tahun 2015 ini menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, aku akan menambah warta semacam itu lagi.
Warta pertama dari seorang senior praktisi kehumasan yang aku jumpai pada acara komunitas pemasar (marketer) pada Mei 2015. Senior ini menyebutkan kabar dari salah satu grup besar produsen barang-barang konsumsi (consumer goods), bahwa grup tersebut menurunkan anggaran promosi mereka, dari sebelumnya 20 persen dari omzet tahun lalu, menjadi 6 persen dari omzet tahun ini.
Warta kedua dari seorang kawan yang berada di Lhokseumawe, yang aku telpon pada tanggal 1 Syawal, alias Jumat pekan lalu. Kawan ini seorang wartawan dan novelis. Katanya pertama, biasanya dia tidak bisa lewat dengan sepeda motor di salah satu jalan di Lhokseumawe pada sore hari bulan Ramadan karena di jalan jadi pasar kaget untuk pedagang sajian berbuka puasa, eh tahun ini dia bisa lewat dengan mudah karena sepinya.
Kedua, seorang kawannya yang bekerja sebagai tukang jahit biasanya dibujuk setengah mati oleh bosnya supaya tidak shalat tarawih karena banyaknya pesanan, eh tahun ini malah seperti diusir sejak sore.
Cukuplah warta demikian dariku. Apa engkau punya warta serupa?
Sekarang kita harus mencari hikmahnya. Di mana hikmah resesi ekonomi?
Aku maksudkan hikmah di sini sebagai kebijaksanaan. Dalam pengertian agamaku, diperintahkan agar selalu bisa mengambil hikmah dibalik musibah dan anugerah. Bagi pelaku ekonomi, keadaan resesi adalah suatu musibah.
Buat orang yang mengikuti tuntunan agama, menghadapi musibah harus dengan hikmah berupa kesabaran. Menerima anugerah harus dengan hikmah berupa rasa syukur. Buat orang yang tidak punya pegangan, pedoman, atau tuntunan agama, entahlah, aku tak tahu. Engkau mungkin tahu?
Dampak resesi ekonomi bukannya hanya dirasakan oleh pelaku usaha, tapi semuanya termasuk aku sebagai konsumen.
Terutama yang paling aku rasakan hikmahnya adalah dari segi kemeriahan kesemarakkan hari raya. Pada tahun-tahun sebelumnya, aku melihat lebih banyak kembang api, mendengar lebih banyak suara petasan mercon. Tahun ini jelas lebih sepi. Kesepian tersebut bagiku mengandung hikmah, yakni membuat ibadah sedikit lebih khusuk.
Menurunnya kemeriahan tersebut adalah konsekwensi logis yang paling langsung terasa. Betapa tidak, orang macam mana yang mau mengeluarkan uangnya untuk kebutuhan hiburan yang tersier seperti kembang api dan petasan mercon, sementara untuk kebutuhan pokok dan sekunder saja kepayahan.
Bagaimana dengan para produsen dan penjual kembang api dan petasan mercon itu? Aku berharap mereka juga bisa mengambil hikmahnya, dengan cara mengurangi produksi, dan stok barang tersebut untuk dijual, sehingga jika merugi tidak terlalu.
Aku bukan orang yang berharap resesi ekonomi itu sungguh-sungguh terjadi (mendadak teringat salah satu rubrik di koran Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta). Aku berharap keadaan ekonomi membaik.
Jika pun ekonomi membaik, harapanku berikutnya adalah supaya kita tetap bisa mengambil hikmahnya dengan cara bersyukur yang sederhana saja, tidak perlu terlalu meriah, tidak perlu terlalu semarak.
Jadi, jika nanti ekonomi membaik pada pergantian tahun, tidak perlulah kita merayakannya dengan kemeriahan terompet, kembang api, dan petasan mercon berlebihan. Sejujurnya aku berharap, kita merayakan dengan kesederhanaan. Itulah hikmah.
Mohon maaf lahir batin dari aku sekeluarga.