Kesaktian Babi Hutan

Sunday, June 14, 2015

Gardu tempat ngariung tentang babi hutan yang sakti di paling kiri gambar
"Kakek saya (almarhum) aja bilang, kalau ada orang yang bisa membunuh babi hutan yang berwarna abu-abu, itu sudah jago", kata Dede seorang penjaga rumah penginapan di tengah-tengah perkebunan Teh Nirmala, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Bogor.

Itu petikan dari obrolan di tengah malam yang dingin, di gardu depan penginapannya, hari Sabtu pertama di bulan Mei kemarin. Peserta lain acara "ngariung" kami adalah kawan sekamarku, dan seorang supir yang tengah membawa dua wisatawan asing ke kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak tersebut.

Entah darimana awal mulanya, aku tidak tahu kenapa kami bisa tiba di obrolan tentang kesaktian babi hutan itu. Aku yang terakhir bergabung. Ketika aku baru gabung, mereka sudah berada di cerita babi hutan yang sakti itu, dan sepertinya bersiap ganti tema. Cuma aku yang memancing agar tetap bertahan di cerita babi hutan. Menarik, karena aku baru pertama kali dengar.

Dede (kutaksir berusia antara 25 tahun sampai 35 tahun), dan menurutnya semua orang lain yang tinggal di sekitar situ, mengaku pernah melihat langsung babi hutan yang sakti itu beberapa kali.

Ciri-ciri fisiknya adalah tubuh yang seperti kebanyakan babi hutan lainnya, bongsor dengan kaki yang pendek, hanya yang membedakan adalah ukurannya yang lebih besar kira-kira sebesar induk sapi dengan warna yang abu-abu keperak-perakan.

Babi tersebut dikatakan sakti karena itu tadi, tak bisa dibunuh. Ditembak dengan senjata laras panjang oleh anggota Brimob yang penasaran, ditombak, dan segala upaya dengan benda tajam lainnya tak mempan. Oh, ciri lain yang membedakan adalah babi hutan yang sakti biasa jalan sendiri, sementara babi hutan biasa jalan tidak sendiri.

Persamaannya, yah sama-sama merusak tanaman warga. Pisang, padi, singkong, dan terutama umbi-umbian yang jadi santapannya. Kalau tanaman lain mungkin tidak dimamah, tapi ya tetap dirusak. "Rotan saja habis diacak-acak," kata Dede.

Menurut Dede, hanya ada satu babi hutan yang sakti itu. Tak ada lain. Mungkin itulah sang raja, atau mungkin ratu, tidak bisa dia pastikan karena jenis kelaminnya pun tak terdeteksi.

Babi hutan bisa berlari entah untuk menghindari manusia yang hendak membunuhnya. Tapi babi yang sakti ini, yang entah raja atau ratu ini, sangat jarang berlari. Ya buat apa juga, orang sakti, kenapa harus takut pada manusia ya kan.

Dede mengoreksi kepercayaan yang menyebut babi tidak bisa melirik kanan atau kiri kalau jalan, dan tidak bisa belok. Dede mengaku pernah lihat langsung, babi yang sakti itu pernah melirik kanan kiri, dan jalannya bisa membelok.

Babi hutan beristirahat di dalam tanah yang dia gali. Pada bagian atasnya dia tutup dengan kayu-kayuan. Jika ada tumpukan kayu-kayuan yang agak menggunung berarti ada babi tersebut, begitu juga sebaliknya.

Dede mengaku pernah membuktikan sendiri bersama teman-temannya, dengan membongkar tumpukan kayu tersebut, tentu pada saat tumpukan kayu tersebut tidak menggunung.

You Might Also Like

0 comments