Jembatan Rel Mati Pandeglang dan Stasiun Labuan, 2013

Monday, February 11, 2013

Jembatan Rel Mati Pandeglang dan Stasiun Labuan, 2013

Faedah dari berbincang dengan pedagang kuliner di daerah yang baru pertama kali kita kunjungi tidak terduga. Dari pedagang Otak-otak di Pantai Anyer, Minggu pagi, 13 Januari 2013, aku dapat info, tentang adanya bekas stasiun Kereta Api di Labuan, Pandeglang.

Letaknya sekitar 50 menit perjalanan dengan angkutan umum mobil kecil. Kuputuskan segera berangkat. Kupikir menarik untuk didokumentasikan. Tiba di Pasar Labuan, aku sempat salah arah jalan kaki selama 15 menit. Sampai kemudian aku Gunakan Penduduk Sekitar (GPS).

Menemukan bekas stasiun di Labuan itu, aku lalu mulai memotret. Mendadak seorang anak muda menghampiri (berusia awal 20-an). Dia bilang pernah menyusuri rel mati dari stasiun itu semasa kecilnya. Lalu dia menawarkan jasa untuk mengantarku menyusuri dengan sepeda motornya.

Aku tanya berapa biayanya, karena dia seorang ojek.  Dia jawab terserah. Belakangan, aku membayarnya.

Bagian yang paling menarik dari kegiatan dokumentasi pribadi seperti ini adalah karena aku berjalan tanpa sebelumnya mengumpulkan info yang cukup dari internet. Aku tak peduli jika memang sudah ada yang membuat dokumentasi serupa.

Kawan, bagian perjalanan menembus gerimis selama satu jam, jalan kaki di tanah yang becek sepanjang 500 meter, terperosok di pematang sawah, berdebar-debar jalan di atas jembatan rel tanpa pegangan, menemui jalan buntu, salah komunikasi dengan ojek, adalah bagian yang tidak menarik.

Bagian yang tidak menarik itu semua kalah dengan kepuasan menemukan jembatan rel kereta api nan panjang. Mungkin sekitar 150 meter.

Foto-foto yang aku bagikan di sini sudah kuurutkan dari bagian paling ujung rel mati yang masih bisa dilacak di Pasar Labuan, sampai ke bagian paling akhir Rel Labuan yang bisa dilacak ke arah Kecamatan Pagelaran.

Jika kuurut menurut pemotretan, maka akan sulit dipahami. Sebab, penelusurannya acak. Frame foto terakhir itu lebih dulu difoto, dibandingkan frame foto pertama. Arah zoom juga salah satu caraku untuk memberitahu arah penelusuran rel.



Berikut adalah keterangan per fotonya, sesuai urutan yang tayang pada video itu di atas.
F1: Ujung rel yang masih terlihat di Pasar Labuan
F2: Rel di Pasar Labuan
F3: Tampak depan bekas Stasiun Labuan
F4: Pengisi air
F5: Tiang dan tangki pengisi air
F6: Tampak belakang Stasiun Labuan
F7: Alat pengisi air
F8: Tiang dan bekas roda Stasiun Labuan
F9: Rumah yang menimpa rel
F10: Rel di seberang rumah pribadi
F11: Bekas petugas perbaikan rel, Amat
F12: Warung di samping rel
F13: Teks di rel
F14: Warga di samping rel, Mamat
F15: Rel mati sepanjang satu meter di belakang rumah warga
F16: Halte yang telah menjadi rumah warga. Tampak pada kaca adalah supir ojek yang mengantar aku melakukan penelusuran.
F17: Kayu yang menjembatani parit kecil, diduga bekas bantalan rel kereta api.
F18: Rel mati di dekat kandang ayam.
F20: Jembatan rel Kereta Api mati yang melintasi Sungai Kadu Dalem, menghubungkan Desa Rancaterep, Kecamatan Labuan, dengan Desa Sindanglaya, Kecamatan Pagelaran, di Kabupaten Pandeglang, Banten.
F21: Jembatan rel mati Kereta Api yang melintasi Sungai Kadu Dalem.
F22: Tampak kaki yang melintasi pematang sawah.
F23: Bagian jembatan yang menempel dengan fondasi tepi dari rel mati Kereta Api yang melintasi Sungai Kadu Dalem.
F24: Warga yang biasa melintasi jembatan rel mati Sungai Kadu Dalem, Sahari.
F25: Ujung salah satu sisi jembatan rel mati Sungai Kadu Dalem.
F26: Pangkal salah satu sisi jembatan rel mati Sungai Kadu Dalem.
F27: Akhir penelusuran rel mati dari Stasiun Labuan, Pandeglang, Banten, ke arah Kecamatan Pagelaran.

You Might Also Like

6 comments

  1. tetep konspirasi nek rel kereta mati kih

    ReplyDelete
  2. kak typo kak tanggalnya
    ehem koneksi lelet belum bisa menikmati youtube #sekian

    ReplyDelete
  3. Konspirasi apa dulu.
    Jangan mengalihkan isu kayak Penentu Kuota Sapi deh. #eh

    ReplyDelete
  4. nganu mas. koneksi rung iso nggo yutuban

    ReplyDelete
  5. Sayang yah, padahal kulihat di beberapa lokasi nampak kualitas rel masih bagus. Tapi kenapa dianggurkan begitu. Miris.

    ReplyDelete