Paralympian ASEAN Para Games berbagi pin dan uang negaranya

Friday, December 23, 2011

Memberi pernak-pernik kecil adalah wujud ucapan terima kasih yang universal, alias dapat diterima secara umum. Saya lihat itu secara langsung di ajang ASEAN Para Games ke 6, yang berlangsung di Solo selama tanggal 12 sampai 22 Desember 2011.

Jamak terlihat, paralympian (atlet Para Games) dari berbagai negara ASEAN itu memberikan pin negaranya, kepada para Liaison Officer (LO), maupun relawan yang bertugas. Maklum, LO dan relawan itulah yang sehari-hari bersinggungan langsung dengan paralympian, membantu segala urusan atlet dengan kebutuhan khusus itu. Tak hanya pin, rupanya, ada juga paralympian yang membagi-bagi beberapa uang asal negaranya.

[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Berbagai pin yang terpasang pada kostum seorang LO di ASEAN Para Games ke 6 di Solo, 12-22 Desember 2011"][/caption]

Pertama kali saya tahu ada yang berbagi semacam itu saat menumpang shuttle bus dari Stadion Manahan, ke Wisma Haji Donohudan (Boyolali), yang jadi tempat penampungan paralympian, Minggu (18/12/2011).

Misalnya, Denny (23 tahun) yang menerima 4 pin, dan Devina (20 tahun) yang mendapat 6 pin, sampai hari Minggu (18/12/2011). Setiap pin mereka dapat dari orang dan negara yang berbeda-beda. Denny bekerja sebagai relawan di shuttle bus, sementara Devina sebagai LO di media center.

[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Denny, relawan transportasi, menunjukkan empat pin yang dia dapat, di Wisma Haji Donohudan, Boyolali, Minggu (18/12/2011)."][/caption]

Seorang relawan transportasi yang bertugas di dalam bus tersebut, Denny, tampak memasang beberapa pin dari berbagai negara di tali ID Card-nya. Dia mengisahkan, pin-pin itu didapat sejak hari Jumat (16/12/2011). Dia tidak minta tiga pin awal yang diterimanya. Lalu, saat di dalam bus itu, dia memberanikan untuk minta kepada para penumpang bus yang berasal dari berbagai negara ASEAN. Namun, karena Denny tidak bahasa Inggris, dia minta tolong kepada LO kontingen tersebut. Akhirnya, pedagang di kios Pasar Triwindu (Solo) itu berhasil mendapat tambahan pin satu lagi.

Denny rupanya tergolong anak muda yang suka membalas kebaikan orang. Dia membalas pemberian mereka dengan memberi gantungan kunci seharga Rp10.000 yang dia beli di sekitar venue Para Games. Namun, dia tidak memberi seketika menerima pin tersebut, tapi keesokan harinya. Karena saat menerima pin tersebut dia tidak sedang membawa apa-apa. "Besoknya saya cari lagi orangnya, untuk saya kasih gantungan kunci", ucapnya, yang juga berprofesi sebagai petugas kebersihan di kampus IAIN Surakarta, sembari nyengir.

Kemudian, di Media Center Donohudan, saya berjumpa dengan Devina (20 tahun) yang sudah mendapat 6 pin, sampai hari Minggu (18/12/2011). "Semuanya dikasih," katanya dengan senyum simpul.

Paska itu, saya lihat makin banyak saja para LO dan relawan yang memasang pin di tali ID Card atau bagian pakaiannya.

Pada hari terakhir pertandingan Para Games, Senin (19/12/2011), saya kaget melihat seorang paralympian asal Cambodia, Kim Vanna, yang mendadak memasuki ruang persiapan penyerahan medali di Stadion Manahan sembari membagi-bagikan uang negaranya, yakni Riel (Khmer/ KHR), kepada para relawan dan LO. Mereka yang menerima pun kaget, karena Kim memberinya tanpa kata pengantar.

[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Paralympian asal Cambodia, Kim Vanna (kiri), membagi-bagikan uang kepada para relawan dan LO di Stadion Manahan, Solo, Senin (19/12/2011)"][/caption]

Setidaknya, ada belasan relawan yang menerima. Kim memberikan dua sampai tiga lembar per orang. Para relawan itu pun tidak mengerti nominalnya dalam rupiah. Karakter yang terbaca dalam lembaran tersebut hanya "100" dan "NATIONAL BANK OF CAMBODIA 2001". Jika diterawang di bawah sinar, ada bagian karakter yang tampak seperti dalam lembaran rupiah. Soal keasliannya, kemungkinan uang tersebut asli, melihat dari angka seri 7 digit yang tertera pada tiap lembar berbeda-beda.

Sayang, Kim tidak lancar berbahasa Inggris, untuk ditanyai motifnya membagi-bagikan uang tersebut. Yang pasti, dia tidak mengharapkan balasan apa pun, karena langsung berlalu usai memberi uang tersebut.

Salah seorang relawan yang menerima, Nur Indah Komalasari mengatakan, uang tersebut akan dia simpan baik-baik. Nur mengaku kaget menerima uang tersebut dari Kim, karena dia bukan LO pendamping, sehingga tidak pernah berkomunikasi dengan Kim sebelumnya.

Relawan lain yang menerima, Amirudin Fathoni, mengatakan, uang tersebut akan dia rawat sebaik mungkin. "Nanti akan saya laminating dan pigura," ucap relawan teknis di lapangan tersebut.

Malamnya, di Wisma atlet Donohudan, juga ada kejadian serupa. Paralympian asal Vietnam yang baru keluar dari shuttle bus mendadak membagi-bagi uang kepada para relawan dan LO yang berada di selasar depan. Tak pelak, belasan anak muda tersebut mengerubungi paralympian tersebut, mengharap kebagian.

[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Rendi bersama uang dari negara Vietnam yang dia terima di Wisma Donohudan, Boyolali, Senin (19/12/2011)"][/caption]

Seorang relawan yang menerima, Rendi, mengaku tidak kenal dengan si pemberi, karena orangnya segera berlalu, dan juga memberi tanpa kata pengantar. Dia juga tidak tahu berapa nilainya. Menurutnya, uang tersebut asli, karena nomor seri uangnya berbeda-beda. Rendi berencana menyimpan baik-baik saja uang tersebut, tidak diuangkannya, sebagai kenang-kenangan. "Tadi tiba-tiba saja dia kasih," ucapnya.

Apapun pemberian tersebut, itu memberikan kesan yang mendalam kepada para relawan dan LO yang bertugas, mengenai keramahan negara-negara jiran se-Asia Tenggara itu.

Yang paling utama, relawan dan LO itu mendapat pengalaman dan pelajaran berharga tentang bagaimana memerlakukan orang-orang dengan kebutuhan khusus. Mereka juga bisa jadi agen yang sangat efektif, secara getok tular, untuk menyebar pengetahuan itu kepada orang-orang di sekitarnya.

You Might Also Like

12 comments

  1. Asik dapat kenang-kenangan sekaligus ucapan terima kasih dari atlit. Bagus-bagus lagi pinnya.
    Abang dapat apa? bagi lah satu :)

    ReplyDelete
  2. jadi inget dulu kalo pas ada acara nasional antar kampus juga saling bertukar kancing jas almamater. berasa temennya banyak dan jaringan luas kalo setiap kancing yang tertempel dari universitas berbeda. opo meneh kalo ini levelnya antar negara yo.. pasti lebih bangga..

    ReplyDelete
  3. alhamdulillah saya juga dapat mas, tapi gagal dapat jaketnya hehehehe :)

    ReplyDelete
  4. mas Heru dapet tidak?
    kalo dapet saya liat dong :)

    ReplyDelete
  5. hehe. ide tulisane menarik. baru tau ada yg suka ngumpul2in pin macam ini.

    btw, apa yg dimaksud paska dalam tulisan ini? kalau itu maksudnya setelah, maka itu ditulis pasca dan nyambung dg kata setelahnya. *editor in fire. :D

    ReplyDelete
  6. @antonemus
    Whoa, dikomentari jurnalis senior.
    Benar Mas, yang saya maksud "pasca", alias "setelah".

    ReplyDelete
  7. @Triunt
    Wah, saya sempat dikasih tiga lembar uang asalnya, tapi kemudian saya berikan ke kawan lain.

    ReplyDelete
  8. @ariprasetyo
    Hiyaaa, ngincer jaketnya yah, hehehe...

    ReplyDelete
  9. @oelpha
    Hmmm, sepertinya tukar menukar aksesoris seperti salah satu cara menjalin persahabatan yang murah meriah yah.

    ReplyDelete
  10. @dinneno
    Saya sudah cukup puas dapat pengalamannya saja Bro...

    ReplyDelete