Padabeunghar Kuningan 2012

Wednesday, October 17, 2012

Padabeunghar Kuningan 2012

Diawali dengan seorang kawan yang salah sangka, diakhiri dengan aku yang kecewa. Setelah membawa sepeda motor melalui satu kilometer jalan aspal yang rusak parah, aku mendapati tujuan wisata yang tak sebanding dengan perjuangan mencapainya.

Seorang kawan mengirim sms pada hari Senin (15 Oktober 2012) sore, mengatakan sedang makan di warung dekat masjid di Pasawahan. Lalu kutelpon, karena setahuku, tak ada warung yang dimaksud dengan masjid itu. Rupanya dia salah sangka, dikiranya rumahku di Kecamatan Pasawahan, Kuningan. Padahal, aku di Desa Pasawahan, Cirebon. Ah.

Dia cerita, baru dari obyek wisata di Padabeunghar, Pasawahan, Kuningan. Menurutnya, lokasinya terletak di ketinggian, dengan daya tarik pemandangan ke arah bawah yang seperti di Puncak, Bogor, atau seperti di Ciperna-Gronggong, Cirebon. Aku pun penasaran, meski sebenarnya aku belum pernah ke Puncak. Tapi, kalau dikatakan seperti di Ciperna, itu memang indah.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Pemandangan utama ke arah Utara[/caption]

Aku berangkat sendiri untuk menuntaskan penasaran, Selasa (16 Oktober 2012) pagi. Satu jam perjalanan, lalu tiba di masjid yang dimaksud kawanku kemarin itu. Kecamatan Pasawahan terletak di Kuningan bagian Barat. Sementara aku datang dari Timur, karena aku tinggal di Cirebon bagian Timur.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Pemandangan ke arah Selatan, Gunung Ciremai[/caption]

100 meter meninggalkan masjid itu, dimulai perjalanan yang menyiksa bokong selama lima menit. Kemudian, jalan mulus selama 10 menit, lalu tiba di lokasi. Lalu lintas sepi, tak ada perumahan di kanan kiri jalan yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai itu. Dan pemandangan di lokasi adalah seperti pada foto-foto yang kupasang.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Fasilitas dua warung[/caption]

Obyek itu hanya berfasilitas dua warung sederhana, dengan beberapa kursi-kursi kayu yang rapuh di halamannya. Tak ada kamar kecil, tak ada tempat pembuangan sampah, tak ada retribusi, tak ada listrik. Tak ada pengunjung lain pula, aku satu-satunya.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Kau bisa buang sampah sembarang di situ[/caption]

Pemandangannya hanya ke arah kota Cirebon di sisi Utara yang tidak beraturan, bahkan di sisi kiri jauh tampak bukit kapur yang ditambang. Menurutku, pemandangan yang paling agak indah hanya puncak Gunung Ciremai di sisi Selatan.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Sisa kebakaran sebulan yang lalu[/caption]

Sempat berbincang dengan seorang penunggu warung. Dikatakannya, lokasi tersebut juga biasa dipakai untuk pemotretan pre-wedding. Hmmm, kalau kulihat, memang bisa juga. Fotografer bisa bermain-main dengan latar belakang batu-batu, atau Gunung Ciremai.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Ciri khas obyek wisata yang tak terjaga[/caption]

Yang memprihatinkan, lokasi tersebut rupanya termasuk langganan terkena kebakaran hutan saat musim kemarau. Terlihat jelas sisa kebakaran hutan, sampai ke bawah warung, yang terjadi pada bulan September 2012.

Aku di lokasi itu hanya selama 20 menit. Panas terik saat itu. Kupikir kalau sore hari pun sama saja.

Aku pulang lewat jalan yang berbeda dengan berangkat. Aku terus saja ke arah Barat. Jalan terus menurun melewati perkampungan-perkampungan yang sepi. Tak kutemukan aspal yang merusak kendaraan, seperti pada saat berangkat. Lalu, 15 menit kemudian masuk wilayah Cirebon bagian Barat yang sudah beraspal baik.

You Might Also Like

1 comments

  1. foto-foto keren dengan angle jurnalisme khas wartawan senior..
    walah alamnya udah rusak gitu..sayang kliatannya padahal struktur batuan terlihat apik ditambah bila dikelilingi pohon yang rindang dan bunga-bunga yang beterbaran..ah sudahlah..itu hanya angan-angan :D

    ReplyDelete