Rel lama Yogyakarta Bantul

Wednesday, October 10, 2012

Rel lama Yogyakarta Bantul

Aku diajak oleh Putro, yang diajak oleh Anno Teamtouring, untuk menelusuri jalur rel kereta api yang lama--yang dulu pernah menghubungkan Yogyakarta sampai ke Bantul--pada hari  Senin, 24 September 2012.

Ajakan yang menarik. Penelusuran sisa kejayaan sejarah pada masa pembangunan fisik secara langsung di lapangan. Teringat, awal tinggal di Yogyakarta pada pertengahan pada pertengahan tahun 2000, pernah melihat beberapa bekas rel, di beberapa lokasi yang dikatakan oleh Anno sebelum kami telusuri. Rel itu seolah timbul tenggelam di antara pemukiman.

Aku suka melalui jalan-jalan kecil alternatif. Bukan karena macet, karena (dulu) Yogyakarta tidak macet. Bukan juga karena menghindari polisi yang razia. Bagiku, melalui jalan-jalan kecil itu, entah berjalan kaki, dengan sepeda, atau sepeda motor, adalah sebentuk petualangan kecil yang murah meriah. Kau bisa lihat wajah-wajah warga yang tenang, berbeda dengan wajah-wajah orang di jalan-jalan utama.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Jembatan Rel Kereta Api Sungai Winongo[/caption]

Penelusuran kami (dengan Putro dan Anno) mulai siang hari Selasa, 25 September 2012, sampai sore hari. Berikut adalah lokasi-lokasi kami berhenti:

(1) Sisi Tenggara perempatan lampu merah Badran, atau sebelum ujung Barat Jalan Jlagran Lor, Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen, Kota Yogyakarta.

(2) Jalan Letjen Suprapto, Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta.

(3) Taman Parkir Ngabean, Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta.

(4) Kantor Kecamatan Ngampilan di Jalan Kyai Haji Wahid Hasyim, Kota Yogyakarta.

(5) Barat (sisi belakang) kios-kios kecil di Jalan Kyai Haji Wahid Hasyim, Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta.

(6) Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (Pasthy), di Jalan Bantul, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta.

(7) Bekas jembatan kereta api di Sungai Winongo, Jalan Bantul, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

(8) Bekas Stasiun Winongo di Glondong, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

(9) Stasiun Cepit, di Jalan Bantul, sekitar Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul

(10) Bekas Stasiun Bantul di Jalan Bantul, Desa Bantul, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.

(11) Bekas stasiun Palbapang, di Jalan Srandakan Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.

Pemberhentian pertama adalah lokasi yang aku ingat pernah kulihat relnya dulu. Itu berarti sekitar akhir tahun 2000, saat aku pernah tinggal di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta. Dulu, aku biasa melewati rute itu, ketika sekadar berjalan-jalan untuk menghafal wilayah kota, atau dalam rute menuju UGM.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Rel di Jlagran Lor[/caption]

Aku suka jalan kaki pada periode tahun itu. Aku pernah jalan kaki dari UGM sampai Patangpuluhan. Santai sekali, karena memang tak ada yang perlu diburu. Masih adakah anak muda kuliah semester pertama yang suka?

Rel tak tampak, pada awal kami sampai di lokasi pertama dari arah Timur. Eh, tampak setelah beberapa meter ditelusuri. Senang sekali rasanya. Sensasinya seperti berjumpa kawan lama. Aku makin semangat.

Anno memberitahu bekas tanda persinyalan kereta api pada pemberhentian ke dua. Wah, perlu kejelian untuk menemukannya.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Tanda persinyalan kereta api di Jalan Letjen Suprapto[/caption]

Bekas Stasiun Ngabean ada di pemberhentian ke tiga. Tak pernah kusangka, itu dahulu adalah bangunan stasiun. Bangunan itu biasa selintas tampak saat lewat jalan Kyai Haji Wahid Hasyim yang di sisi Timurnya. Rupanya, kita bisa lihat bekas-bekas rel di sisi Barat bangunan.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Bekas Stasiun Ngabean[/caption]

Bekas tanda persinyalan kereta api kembali ditunjukkan oleh Anno pada pemberhentian ke empat.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Persinyalan di Kecamatan Ngampilan[/caption]

Nah, giliran aku yang menunjukkan rel pada pemberhentian ke lima. Ini wilayah yang akrab bagiku. Enam tahun tinggal di Kelurahan Patangpuluhan, meski dalam periode waktu yang terputus-putus, aku pernah lihat berkali-kali bekas rel di lokasi itu. Aku juga biasa beli buah di kios yang terletak di Timur rel itu.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Sisa rel di Notoprajan[/caption]

Bekas Stasiun Dongkelan tampak jelas pada pemberhentian ke enam. Tak pernah kusangka, bangunan yang kini jadi warung soto, itu adalah stasiun. Anno menunjukkan bekas rel yang tertanam trotoar, berada di sisi Timur bangunan.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Bekas Stasiun Dongkelan[/caption]

Pemberhentian ke tujuh menunjukkan kualitas bahan jembatan rel masa lalu. Kini jembatan itu disemen dan menjadi jalur alternatif bagi pengendara sepeda motor.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Sisa rel jembatan Sungai Winongo, di Bantul[/caption]

Bekas Stasiun Winongo, di pemberhentian ke delapan, kondisinya memprihatinkan. Menurut warga setempat, roboh sebagian pada gempa 27 Mei 2006. Dibangun lagi oleh warga, namun terjadi kekhilafan pada arah mukanya, seharusnya menghadap ke Barat, namun jadi menghadap ke Timur. Mungkin juga disengaja, karena jalannya berada di sisi Timur bangunan, sementara sisi Barat bangunan hanya halaman kecil lalu sawah. Warga memanfaatkannya untuk serba guna.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Bekas Stasiun Winongo[/caption]

Pemberhentian ke sembilan misterius. Menurut referensi Anno, seharusnya ada Stasiun Cepit terletak dekat pos polisi di pertigaan lampu merah Cepit. Kami sempatkan bertanya ke polisi di pos tersebut, namun nihil.

Kami istirahat minum di pemberhentian ke sepuluh. Bekas Stasiun Bantul itu kini jadi bengkel dan warung soto dan mi sederhana. Sisa rel tak tampak.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Bekas Stasiun Bantul[/caption]

Bekas stasiun Palbapang jadi pemberhentian ke sebelas dan lokasi penelusuran terakhir hari itu. Sisa rel tak tampak. Ada prasasti keterangan yang jelas, bahwa bangunan tersebut bekas bangunan Stasiun Palbapang, dan kini jadi bagian dari Terminal Palbapang. Terminal untuk jalur Selatan Yogyakarta yang sepi.

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Bekas Stasiun Palbapang[/caption]

Kami pulang menjelang senja. Kartu rekam gambar digital berkapasitas 4 Gigabyte pun penuh.

You Might Also Like

15 comments

  1. alhamdulillah update..
    secara saya masih pengen mengambil angle foto seperti diatas..kui foto komersial ya..yg dibutuhkan media cetak khususnya..hehe
    --
    entah mengapa nama Bakmi Doring malah tidak disebutkan..sepertinya ada cerita khusus yang akan disampaikan..apakah itu menjadi salah satu alasan untuk menjadi BOT hingga sekarang..semoga bukan demikian.. *MINGGAT*

    ReplyDelete
  2. hehehe. mantep. eiya, bakmi Doring itu dulu mungkin stasiun khusus. jadi tidak ditulis dalam cerita ini. *mlayu*

    ReplyDelete
  3. kondiang tenan...
    opomaneh ono mas anno teamblusukan. jelas pengalaman!

    ReplyDelete
  4. Ha yo wis. Ayo wae!
    Nah, kuwi wis tak jak yo. #halah

    ReplyDelete
  5. Aku yo mung nunut kondang Anno je lik

    ReplyDelete
  6. oh saiki bot putro karo bot anno bersekongkol :|

    ReplyDelete
  7. Terima kasih sudah mampir Mas Ciwir.

    ReplyDelete
  8. kalau enggak salah, stasiun cepit itu berupa rumah kecil dari kayu. letaknya ada di sebelah barat jalan raya Bantul-Yogya. sebelah barat laut pertigaan cepit kurang-lebih 50 meter utara pos polisi cepit. stasiun cepit berada di barat rel kereta dan menghadap ke rel dan jalan raya.

    tambahan:
    1. Diantara 2 stasiun permanen terdapat minimal 1 stasiun kecil. stasiun kecil ini biasanya berbentuk rumah dari kayu.
    contoh:
    Diantara stasiun Tugu - Stasiun Ngabean terdapat Stasiun Ngampilan (sudah tidak ada). Diantara Stasiun Ngabean - Stasiun Winongo terdapat Stasiun Dongkelan (jadi permanen). Diantara Stasiun Winongo - Stasiun Bantul terdapat Stasiun Cepit (sudah Hilang).
    2. Stasiun antara tersebut dapat juga berfungsi sebagai halte ketera api. hal ini dimungkinkan karena pada waktu itu kereta masih menggunakan bahan bakar kayu.
    3. ada beberapa percabangan jalur rel di beberapa stasiun.
    contoh:
    Dahulu (menurut Informasi )ada percabangan ke timur lewat pojok beteng kulon - pojok beteng wetan - Basen (kota gede) - berakhir di daerah Pleret (pabrik Gula).
    Ada jalur ketimur dari Stasiun Bantul, jalur rel ini berhenti di Pabrik Gula Perumahan Rakyat (sekitar SMA 2 Bantul).
    4. jalur rel dari Stasiun palbapang berlanjut ke barat hingga ke daerah Sewugalur (Galur) Kulon Progo. berakhir di Pabrik Gula.

    ReplyDelete
  9. Yang menuju magelang (untuk kereta penumpang) belom ditulis, Mas. Benar juga untuk kereta akses PG juga belum ditulis. Jadi? Kapan nYogya lagi?

    ReplyDelete
  10. Syukurlah bisa bermanfaat, terima kasih informasinya.
    Salam

    ReplyDelete